Sabtu, 17 Oktober 2015

Pantai Watu Godek, Gua tetes dan Air Terjun Tumpak Sewu - Lumajang



Sabtu, 5 September 2015

Di awal bulan September, saya dan teman-teman berkunjung ke salah satu #hiddenparadise di jawatimur. Gua tetes dan air terjun Tumpak sewu, dari beberapa blog yang saya baca, akses menuju Air Terjun Tumpak sewu terbilang extrim, jadi dari surabaya kami sudah siapkan niat, stamina dan doa.

Jam 10 kami berangkat dari Surabaya, dengan tujuan awal isi perut, cuci mata, hirup udara segar di alun-alun Batu. Alun-alun batu nih memang ga da matinya, mau siang, sore, malam, dini hari, tetep ramai dengan penjual, pengunjung yang sekedar duduk-duduk, makan-makan dan buang waktu seperti kita ini. Kurang lebih 2 jam-an kami nongkrong ga jelas di alun-alun Batu sambil bicarain planning, kalo-kalo kami terlalu pagi sampai di Gua tetes.

Jam 01.00 dini hari kami meneruskan perjalanan ke Lumajang dengan mengandalkan GPS dan sinyal, kami pilih lewat jalur Turen - Dampit - Malang, karna gua tetes ini posisinya dekat dengan perbatasan Malang – Lumajang. And here we go...pukul 04.00 subuh kami sudah sampai di depan gang menuju gua tetes, desa Sidomulyo kecamatan Pronojiwo kabupaten Lumajang . Gelap dan sepi brow! Ya iyalah namanya juga masih subuh. Beberapa mobil dan kelompok touring duduk dipinggir jalan menanti pagi.

Kami? Langsung diskusi cepat, ga mau buang waktu menunggu pagi cuma didepan jalan menuju Gua tetes, sesuai kesepakatan kami melanjut kan perjalanan ke Pantai Watu godeg, yang sesuai Gps kami akan menempuh perjalanan sepanjang 43 km atau kurang lebih 1 jam dari arah Gua Tetes (yang pada kenyataannya kami menempuh waktu 2 jam). 

Hampir Down – Pantai Watu Godek

Ternyata ga mudah melakukan perjalan menuju watu godek,  berkelok-kelok dan jalanan sebagian besar rusak, kabar gembiranya, waktu kita kesana sebagian jalan yang rusak lagi proses perbaikan.    Pantai watu godeg sendiri berada di sebuah balik Gunung, jadi...setelah kita melewai desa yang berkelok-kelok dengan jalanan yang makadam, dari balik gunung kita  akan melewati sebuah desa di kecamatan Tempursari.

Btw...bicara sedikit tentang Desa Tempursari, saya cukup kagum, Desa ini sangat rapi secara letak (terbukti kalo dilihat dari maps) dan design rumah penduduk kebanyakan cenderung ke minimalis modern. Walau secara letak, Desa Tempursari ini jauh dari peradaban (baca: keramaian) tapi ternyata disini ada Indomaret loh, banyak tempat Gereja dan musholah, Kantor Pos dan setiap ujung jalan ada tiang identitas jalan, jarangkan ada desa yang jauh dari mana-mana sudah semaju ini? Lalu saya juga mengamati sebagian besar di depan rumah penduduk banyak terdapat sebuah tanda agama tertentu, mungkin itu untuk menandakan bahwa rumah si A, semua beragama A.

Di tengah jalan, teman saya, Mas Zaky, coba bertanya ke penduduk setempat.

bu, kalau mau ke Pantai Watu Godek lewat mana ya?”, tanya dia sambil megangin sarungnya, sarung sisa sholat subuh :D.
masih 4 kilometer lagi mas, belok kiri, belok kanan, trus ikut jalan aja. Watu godek biasa loh...ga da apa-apanya, ke TPI aja mas, disana pilihan makanan nya banyak, ramai lagi”, kata tuh ibu berapi-api.

Oh No!!! kalimat ibu tadi menjatuhkan mood kami seketika, sudah jauh-jauh menempuh jarak 43 kilometer dengan medan yang makadam dan perut belum terisi, bisa-bisanya tuh ibu-ibu bilang “BIASA  AJA”, nyesek nya tuh disini!

Sesampainya di Watu godeg, ga bisa dipungkiri...kalimat ibu tadi benar adanya, kami berhenti di sebuah sudut pantai, mengamati sekitar, sepi, hening dan sedikit mendung. Ya sudahlah...nasi sudah jadi bubur, mari kita tambahkan ayam suwir, cakue dan krupuk. Kami masih bingung, sebetulnya ini tempat wisata resmi atau bukan, karna kami tidak menemukan Papan keterangan sama sekali dan lagi sama sekali ga da penjual disini. Pantainya yang panjang membuat kami berlarian kesana kesini, foto sana foto sini, mengejar ombak, paling tidak kami menikmati pantai ini. Tetap bagus dan riang gembira

                                           Pose model cicak nongkrong di atas batu
                                             Sepanjang jalan kenangan ini cuma milik kita
                                                                      You can see...
                                                                

Perjalanan Extrim – Gua Tetes dan Air Terjun Tumpak Sewu

Pukul 10.00 kami sampai di Jalan menuju Gua tetes, sepertinya...Pemerintah Lumajang sudah memperhatikan potensi alam yang satu ini, terbukti dengan adanya loket retribusi Rp. 5000,- per orang dan jalan setapak menuju Gua tetes dengan anak tangga dan handrail ala kadarnya. Karna kalo dari cerita teman, dulu anak tangga nya masih ga karuan dan belum ada handrail, beruntunglah kita.

Banyaknya anak tangga buat ngos-ngosan juga, padahal posisi turun, tapi...begitu saya lihat Gua tetes dari kejauhan, semangat saya meletup-letup untuk cepat sampai kesitu. Gua tetes begitu indah dimata saya, sumber air yang keluar dari beberapa atas tebing, dengan terasiring bebatuan yang kebanyakan berlumut hijau, demi apapun ini air terjun yang menurut saya cantik banget. Saya terlalu betah, sampai setiap sudut Gua tetes yang ujung pun saya hampiri :D.
                                                              Pos pertama

                                                              Tebing seberang Gua tetes
                                                                              Jurang
                                                        Take from Bpro Alpha 5 - Yellow

                                                                            Power Ranger

                                  Coba masuk Gua tetes - Abaikan ekspresi muka geje saya -_-"

Next, kami teruskan perjalanan ke Air Terjun Tumpak sewu, yang secara letak geografis air terjun itu masih dalam Wilayah Kota Malang, jadi jaraknya kurang lebih 2km dengan durasi 1 jam perjalanan, yang terhitung jalan kaki, foto-foto, ambil nafas, dan main air :D. Kalo dari Gua tetes, kami harus menuruni air terjun gua tetes yang ya...kemiringannya sekitar 40-75 derajat, terbilang extrim, salah pijak sedikit saja nyawa bisa jadi taruhan. Safety first penting banget, apalagi buat pemula seperti saya. Ga perlu takut bingung cari jalan menuju Air Terjun Tumpak Sewu, karna banyak tanda panah disetiap sudut dan lagi sudah banyak tali tampar dipasang untuk pegangan.

Berhasil menuruni Gua Tetes, kami harus melawan arus sungai yang kalau semakin dekat dengan tujuan, arusnya kenceng banget. Alhasil, kurang dari 30 meter jarak dari Air Terjun Tumpang sewu, kami menyeberangi sungai yang arusnya kenceng luar biasa, yang lain nyebrangnya baik-baik aja, entah kenapa begitu saya yang nyebrang kaki saya ga kuat menahan arus, setengah badan saya jatuh dan hampir terbawa arus. Dani mencoba nahan  berat  badan saya , beberapa kali mencoba berdiri, jatuh dan akhirnya berhasil! Dirasa saya dapat pijakan yang pas, saya pun segera ambil ancang-ancang melangkah lagi. Berhasil dan sedikit trauma :D.

                                    Dari sini siap-siap dengan kemiringan 40-75 derajat
                                           Setelah berhasil menuruni extrimnya Gua Tetes
             Melawan arus sungai - Tumben kita akrab? sampe pegangan tangan pula 

Btw, ada dua jalur menuju Tumpak sewu, yang pertama sesuai jalur yang kami lewati,dari lumajang, menuruni gua tetes. Jalur kedua dari malang, menuruni tangga monyet dengan kemiringan 90 derajat (eh ga miring donk itu?) lebih cepat sampai untuk ke Air terjun Tumpak Sewu, sayangnya tidak melewati Gua tetes yang indah itu. Cerita dari guide setempat, sempat ada pengunjung jatuh dari tangga monyet itu dan meninggal, jadilah dibangun sebuah posko didekat jalur dari malang dan ada biaya retribusi lagi :D cuma Rp. 5000,- kok...


    jalur dari Malang, tangga monyet yang terbuat dari bambu, berada pas didepan posko 2
 
Sesuai namanya Air terjun tumpak sewu, bener-bener seribu air terjun dalam satu tempat. Sangat setuju dengan predikat yang orang beri : “hidden paradise”, sapa yang menyangka dari balik jurang yang rimbun ada seribu air terjun mengalir deras mengelilingi kami. Ini secuil surga! Sekali lagi saya betah berlama-lama disini.

Jadi saya sangat-sangat-sangat menyarankan ke kalian semua, bila ada umur, waktu dan tenaga, berkunjunglah kesini, setiap lelah dan deg-degan karna extrimnya medan akan terbayar dengan keindahan Hidden Paradise. 

                                                     Ga sadar lensa kita kena cipratan air
                                                               Hidden Paradise

 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 Ini perjalanan kami kembali dari Tumpak sewu, melewati banyak tempat keren

                                   Perjuangan memang, menyebrangi  sungai

                                                            Sempetin berendam disini ya
 




Btw, ini beberapa saran dan Tips kalo ke Gua Tetes dan Tumpang Sewu :

1. Siapkan stamina jasmina
2. Pakai Sepatu atau sandal untuk tracking, mengingat medan yang licin.
3. Bawa barang seperlunya, ingat gaes...kita akan tracking dengan medan yang extrim, cukup menyita tenaga menurut saya, jadi jangan bawa beban berat (selain berat badanmu)
4. Lindungi barang elektronikmu, karna kita disini akan basah sah! (so bawa kantong plastik juga perlu untuk tutupi tasmu atau alat elektronik)
4. Bawa pulang kembali sampahmu! Ini penting demi kelestarian alam kita, terlebih buat kalian yang pakai kaos “my trip my adventure”, malu atuh...sama kaosnya kalo buang sampah sembarangan.
5. Waktu. Ini penting juga, hindari berkunjung ketika musim cherry, eh hujan ding! Dan jangan terlalu sore untuk berkunjung.

--- Berjalan tanpa batas ---





Rabu, 16 September 2015

Absurd di hari terakhir - Bali #day3



 2 Juni 2015

Hari ketiga, masih cerita dari pulau Dewata. Pagi-pagi banget sebelum matahari terbit, kita sudah bangun (dan belum mandi), ya..pagi ini kami mau mengejar matahari di Pantai sanur. Karna masih pagi banget, ga perlu waktu lama untuk perjalanan ke Pantai Sanur.

Pagi Sanur....

Kalo bicara pantai sanur hal pertama yang saya ingat adalah : belajar naik kano dan sangking senengnya, berjam-jam saya dan sahabat SMP saya (putri) main kano di bawah terik matahari, norak-norak bahagia gitu, besoknya kulit kita berubah hitam sehitamnya. Back to topic, matahari memang belum terbit  tapi Sanur sudah ramai subuh itu, kami duduk dibibir pantai yang menghadap ke laut sambil cerita geje ngalur ngidul ngakak ketawa ketiwi, begitu terus sampai matahari keluar dari peraduan.

Masih asik-asiknya menikmati sunrise, si sany pamit mau “absen pagi” ke toilet, dia lari kenceng penuh semangat. 10 menit berlalu, kok saya juga jadi pingin”absen pagi’ ya? Ah...mungkin perut saya moodnya lagi ga baik kali ya, saya tetep pasang muka stay cool sambil berjalan santai mencari toilet. Karna masih pagi banget, kebanyakan toilet umum pada tutup, mampus dah! Keringet dingin mulai mengucur disetiap cela badan saya, deres, hampir kayak Niagara nih. 


                                                                      Jalan Pagi

Mampir Hotel Bintang 5, Cuma untuk....

Untung pagi itu ada satu toilet umum yang buka, kali ini saya penuh semangat berlari kecil menuju toilet. Dan oh men...namanya juga toilet umum, yang pake orang banyak, dengan kesadaran kebersihan yang berbeda-beda, jadi seketika mood “absen pagi” saya hilang (Baca: mencoba menahan). Saya duduk di depan loket sewa kapal yang menuju Nusa Lembongan, mensugesti perut biar tenang dan sabar sampai waktu yang tidak ditentukan.  

Ga lama sany muncul dengan muka berseri-seri, saya langsung mendekat ke dia sambil mengutarakan isi perut yang sedang bergejolak.

“San...kamu p*p dimana tadi? Aq kebelet banget ini”, tanya saya.
“Walah ga sekalian bareng aja tadi, aq p*p di hotel In** loh...bersih, enak, nyaman”,kata dia bangga.

Wow!!! keren tuh anak, p*p aja bisa-bisanya di hotel berbintang 5. Sany pun mengajak saya ke hotel bintang 5 itu yang jaraknya dari pintu masuk Sanur  kurang lebih 500meteran. Siapapun tau kalo ini hajat yang ga bisa ditunda dan harus disegerakan, muka saya sudah mulai pucet, saya merasa 500meter kok jauh banget ya. Beruntung jarak 200 meter saya ga sengaja nemuin toilet umum yang bersih, akhirnya sayapun melakukan “absen pagi” dengan khusyuk di situ, lagi asik-asiknya nongkrong, saya baru sadar kalo tuh toilet airnya minimalis banget, cuma seember doank. Oke! Saya ga bs nongkrong lama disini, paling ga perut saya lumayan entenglah sekarang.

Ya...saya dan Sany tetap melanjutkan jalan kaki menuju Hotel bintang 5 (Meneruskan hajat :D).

“Eh...tar kalo masuk loby jangan clingak-clinguk ya, pasang muka kalo kita seakan-akan nginep disitu”, kata sany ngasih breafing sinngkat sebelum kami masuk lobby. Di Lobby yang megah itu, saya dan sany berjalan santai seperti tamu hotel lainnya, stay cool dan yeay...kami sampai juga di Kamar mandi yang bersih dan nyaman banget. Anehnya, disitu perut saya kembali normal, ga da gejolak apapun. Ah Kampret!

Gapapa deh, ini pengalaman pertama kita numpang kekamar mandi hotel bintang 5. Deg-degan gimana...gitu. Bentar-bentar....ini kan benernya aib kita ya?kenapa saya tulis disini? Ah sudahlah biar jadi konsumsi publik, betapa berkesannya cerita konyol ini #eeaaa. Yang lain mau niru? Coba deh belajar ke sany, dia lebih expert dalam hal begituan.

Kami masih menikmati jalan kaki sepanjang pantai sanur, yang kalo diterusin ujungnya lumayan jauh juga. Karna dirasa sudah terlalu lama, kami putar balik ke jalan utama tadi, yang otomatis melewati Lobby hotel bintang 5 itu, ga disangka tiba-tiba si sany ijin “absen pagi” (lagi!!!). Gile...nih bocah, betah amat.

Mandi atau tawuran?

Masih jam 8 pagi, kami cepat-cepat balik kehotel, mengingat ini hari terakhir kami di Bali. Sebelum beresin badan dan barang, ada baiknya kita sarapan nasi kuning dan semangka, biar makin kuat menghadapi hidup nanti. Well saya dapat giliran pertama untuk mandi. Sekedar info, Kamar mandi Suranandi ini letaknya disebelah pintu masuk kamar hotel yang menghadap keluar arah taman hotel dan diatas kamar mandi ada 3 lubang yang berbentuk kotak, dengan tujuan memberi sirkulasi udara luar biar kamar mandi ga lembab.

Lagi asik-asiknya mandi, gosok sana gosok sini, sikat sana sikat sini, tiba-tiba....

“Bhug!!!”, ada benda jatuh pas dikepala saya.
“Arghhhh!!!”, jerit saya kenceng.
“Wuakakakakaka!!!”, ada suara ngakak kenceng dari luar kamar.
“Kurang ajar!!!”, umpat saya dari balik kamar mandi.

Bentar...itu tadi adegan tawurankah? Hum...harusnya itu tadi adegan mandi pagi yang kudu disensor, Cuma gara-gara saya punya temen-temen yang reseknya tingkat dewa dan ternyata kejadiannya seru banget, maka ijinkanlah saya bercerita :D. Ya...pagi itu mreka iseng banget, lempar kulit semangka ke dalam kamar mandi, yang membuat pagi itu kita perang, lempar balas lempar donk. Ga peduli sapa yang saat itu mandi, pasti kita saling lempar kulit semangka atau botol aqua yang kosong. Saling umpat, saling ngakak, tapi ya itulah....saya suka, berkesan. Kapan lagi kita bisa melempar benda-benda sesuka kita, semau kita, kesiapapun, tanpa ada yang marah.

Puncaknya dan sialnya, ada yang lagi ngetuk kamar kita, kita reflek lempar sandal dari atas lubang pintu dan tepat mengenai sasaran empuk : Dani. Dia menjerit dan kita ngakak kenceng, puas!!!

Akibat Kado - Sukowati

Jam 10.00 waktu bali, kami bergegas check out, melanjutkan perjalanan ke pasar Sukowati bali. Di pasar kita berpencar, mini dan fani cari baju, saya dan para lelaki cari mainan kayu. Flashback sebentar, kemarin saya dapet kado ulang tahun dari Sany, mainan kayu gitu, unik, kreatif dan tradisional. Gegara kadonya dikirim kekantor via pos, maka saya buka tuh kado didepan temen-temen kantor, alhasil jadi rebutan banyak orang -_-“ mendadak pada lupa umur, jadilah mreka pada bertanya tuh mainan beli dimana, dapat dari sapa, berapa, Alhasil...keluarlah kalimat “besok nitip beliin ya...”.

Done! Tujuan utama ke Sukowati saya Cuma beliin titipan orang-orang, selebihnya saya ga beli apa-apa :D. 

Ini mainan Kayu itu, kalo diputer ayamnya bakal gerak matok-matok,karna ada tarikan dari bandul dibawah, kreatif ya?

Ga kerasa, saya dan temen-temen harus berpisah dengan Sany, karna mata udah pada ngantuk, yang harusnya kami pasang muka sedih malah keliru pasang muka males melek. Padahalkan...itu moment mengharukan, 3 hari kita happy bareng-bareng dan sekarang harus terima kenyataan hidup, dia harus stay di Bali mengejar mimpinya dan kita harus segera balik ke surabaya meneruskan mimpi kita. Pedih ternyata...kalo sadar besok kita kudu kerja lagi.hahaha. Ya sudahlah...life must go on...

“ Sejauh apapun kamu melangkah tanpa batas, selamanya kita akan dekat tanpa batas”

Pantai “noname” – Tabanan

Dalam perjalanan kembali ke surabaya, kami melintasi wilayah Tabanan tepatnya Desa Selabih arah Pelabuhan Gilimanuk, Sepanjang jalan Pemandangan pantai yang terhampar itu membuat kami ingin singgah sebentar aja, iya sebentar aja karna saat itu sudah pukul 16.00 sore. Begitu mobil terparkir rapi di balik sebuah balai desa, kami langsung menuruni jalan yang dibuat sedikit meninggi dari bibir pantai. Pasirnya memang hitam, ombaknya memang besar, anginnya emang kenceng, tapi kami happy luar biasa dan lagi itu pantai bukan tempat wisata, jadi hanya kami dan sedikit penduduk setempat yang lagi ada disitu.

Pantai sepanjang ini berasa milik pribadi, sepi. Di sudut pantai yang saya temui, ada air sungai yang mengalir ke pantai (Seperti pantai Klayar - Pacitan - Jawatimur) jadi pertemuan air tawar dan air asin, jadi lupa umurkan kita, pada mainan air dan saling lempar air. Overall, kami semua girang banget sampai ga sadar udah satu jam-an kita menikmati pantai “noname”.


                                              Ini aliran air tawar yang mengalir itu




                                      Mobil Kami parkir dibalik Balai Desa Selabih
                                                           Cuma ada Mobil kita
                                                       Di belakang balai Desa
                                                          Seriously, Kita Happy Banget!

Dan cerita perjalanan bersama teman yang menyenangkan ini saya tutup dengan Quote tentang persahabatan-pertemanan-pertemuan-friendship-leadership ato....apalah namanya.

"Berjalan bersama kalian itu ibarat sekotak Crayon, masing-masing punya warna yang berbeda. Tapi coba dipadukan, kita bisa membuat  sebuah pelangi yang indah"

                                       Ini akibat pulang dini hari jadinya naik pagar.hahaha

-   Berjalan tanpa batas -