Sabtu, 5 September 2015
Di awal bulan September, saya dan
teman-teman berkunjung ke salah satu #hiddenparadise di jawatimur. Gua tetes
dan air terjun Tumpak sewu, dari beberapa blog yang saya baca, akses menuju Air
Terjun Tumpak sewu terbilang extrim, jadi dari surabaya kami sudah siapkan
niat, stamina dan doa.
Jam 10 kami berangkat dari Surabaya,
dengan tujuan awal isi perut, cuci mata, hirup udara segar di alun-alun Batu.
Alun-alun batu nih memang ga da matinya, mau siang, sore, malam, dini hari,
tetep ramai dengan penjual, pengunjung yang sekedar duduk-duduk, makan-makan
dan buang waktu seperti kita ini. Kurang lebih 2 jam-an kami nongkrong ga jelas
di alun-alun Batu sambil bicarain planning, kalo-kalo kami terlalu pagi sampai
di Gua tetes.
Jam 01.00 dini hari kami meneruskan
perjalanan ke Lumajang dengan mengandalkan GPS dan sinyal, kami pilih lewat jalur Turen - Dampit - Malang, karna gua tetes ini
posisinya dekat dengan perbatasan Malang – Lumajang. And here we go...pukul
04.00 subuh kami sudah sampai di depan gang menuju gua tetes, desa Sidomulyo kecamatan
Pronojiwo kabupaten Lumajang . Gelap dan sepi brow! Ya iyalah namanya juga
masih subuh. Beberapa mobil dan kelompok touring duduk dipinggir jalan menanti
pagi.
Kami? Langsung diskusi cepat, ga mau
buang waktu menunggu pagi cuma didepan jalan menuju Gua tetes, sesuai
kesepakatan kami melanjut kan perjalanan ke Pantai Watu godeg, yang sesuai Gps
kami akan menempuh perjalanan sepanjang 43 km atau kurang lebih 1 jam dari arah
Gua Tetes (yang pada kenyataannya kami menempuh waktu 2 jam).
Hampir Down – Pantai Watu Godek
Ternyata ga mudah melakukan perjalan
menuju watu godek, berkelok-kelok dan
jalanan sebagian besar rusak, kabar gembiranya, waktu kita kesana sebagian
jalan yang rusak lagi proses perbaikan.
Pantai watu godeg sendiri berada di sebuah balik Gunung, jadi...setelah
kita melewai desa yang berkelok-kelok dengan jalanan yang makadam, dari balik
gunung kita akan melewati sebuah desa di
kecamatan Tempursari.
Btw...bicara sedikit tentang Desa
Tempursari, saya cukup kagum, Desa ini sangat rapi secara letak (terbukti kalo
dilihat dari maps) dan design rumah penduduk kebanyakan cenderung ke minimalis
modern. Walau secara letak, Desa Tempursari ini jauh dari peradaban (baca:
keramaian) tapi ternyata disini ada Indomaret loh, banyak tempat Gereja dan
musholah, Kantor Pos dan setiap ujung jalan ada tiang identitas jalan,
jarangkan ada desa yang jauh dari mana-mana sudah semaju ini? Lalu saya juga
mengamati sebagian besar di depan rumah penduduk banyak terdapat sebuah tanda
agama tertentu, mungkin itu untuk menandakan bahwa rumah si A, semua beragama
A.
Di tengah jalan, teman saya, Mas Zaky,
coba bertanya ke penduduk setempat.
“bu, kalau mau ke Pantai
Watu Godek lewat mana ya?”, tanya dia sambil megangin sarungnya, sarung sisa
sholat subuh :D.
“masih 4 kilometer lagi mas,
belok kiri, belok kanan, trus ikut jalan aja. Watu godek biasa loh...ga da
apa-apanya, ke TPI aja mas, disana pilihan makanan nya banyak, ramai lagi”,
kata tuh ibu berapi-api.
Oh No!!! kalimat ibu tadi menjatuhkan
mood kami seketika, sudah jauh-jauh menempuh jarak 43 kilometer dengan medan
yang makadam dan perut belum terisi, bisa-bisanya tuh ibu-ibu bilang
“BIASA AJA”, nyesek nya tuh disini!
Sesampainya di Watu godeg, ga bisa
dipungkiri...kalimat ibu tadi benar adanya, kami berhenti di sebuah sudut
pantai, mengamati sekitar, sepi, hening dan sedikit mendung. Ya sudahlah...nasi
sudah jadi bubur, mari kita tambahkan ayam suwir, cakue dan krupuk. Kami masih
bingung, sebetulnya ini tempat wisata resmi atau bukan, karna kami tidak menemukan
Papan keterangan sama sekali dan lagi sama sekali ga da penjual disini.
Pantainya yang panjang membuat kami berlarian kesana kesini, foto sana foto
sini, mengejar ombak, paling tidak kami menikmati pantai ini. Tetap bagus dan riang
gembira.
Pose model cicak nongkrong di atas batu
Sepanjang jalan kenangan ini cuma milik kitaYou can see...
Perjalanan Extrim – Gua Tetes dan Air
Terjun Tumpak Sewu
Pukul 10.00 kami sampai di Jalan
menuju Gua tetes, sepertinya...Pemerintah Lumajang sudah memperhatikan potensi
alam yang satu ini, terbukti dengan adanya loket retribusi Rp. 5000,- per orang
dan jalan setapak menuju Gua tetes dengan anak tangga dan handrail ala
kadarnya. Karna kalo dari cerita teman, dulu anak tangga nya masih ga karuan
dan belum ada handrail, beruntunglah kita.
Banyaknya anak tangga buat ngos-ngosan
juga, padahal posisi turun, tapi...begitu saya lihat Gua tetes dari kejauhan,
semangat saya meletup-letup untuk cepat sampai kesitu. Gua tetes begitu indah
dimata saya, sumber air yang keluar dari beberapa atas tebing, dengan
terasiring bebatuan yang kebanyakan berlumut hijau, demi apapun ini air terjun yang
menurut saya cantik banget. Saya terlalu betah, sampai setiap sudut Gua tetes
yang ujung pun saya hampiri :D.
Pos pertama
Jurang
Take from Bpro Alpha 5 - Yellow
Power Ranger
Coba masuk Gua tetes - Abaikan ekspresi muka geje saya -_-"
Next, kami teruskan perjalanan ke Air
Terjun Tumpak sewu, yang secara letak geografis air terjun itu masih dalam
Wilayah Kota Malang, jadi jaraknya kurang lebih 2km dengan durasi 1 jam
perjalanan, yang terhitung jalan kaki, foto-foto, ambil nafas, dan main air :D.
Kalo dari Gua tetes, kami harus menuruni air terjun gua tetes yang
ya...kemiringannya sekitar 40-75
derajat, terbilang extrim, salah pijak sedikit saja nyawa bisa jadi taruhan. Safety first penting banget, apalagi
buat pemula seperti saya. Ga perlu takut bingung cari jalan menuju Air Terjun
Tumpak Sewu, karna banyak tanda panah disetiap sudut dan lagi sudah banyak tali
tampar dipasang untuk pegangan.
Berhasil menuruni Gua Tetes, kami
harus melawan arus sungai yang kalau semakin dekat dengan tujuan, arusnya
kenceng banget. Alhasil, kurang dari 30 meter jarak dari Air Terjun Tumpang
sewu, kami menyeberangi sungai yang arusnya kenceng luar biasa, yang lain
nyebrangnya baik-baik aja, entah kenapa begitu saya yang nyebrang kaki saya ga
kuat menahan arus, setengah badan saya jatuh dan hampir terbawa arus. Dani
mencoba nahan berat badan
saya , beberapa kali mencoba berdiri, jatuh dan akhirnya berhasil! Dirasa saya dapat
pijakan yang pas, saya pun segera ambil ancang-ancang melangkah lagi. Berhasil
dan sedikit trauma :D.
Setelah berhasil menuruni extrimnya Gua Tetes
Melawan arus sungai - Tumben kita akrab? sampe pegangan tangan pula
Btw, ada dua jalur menuju Tumpak sewu, yang pertama sesuai jalur yang kami lewati,dari lumajang, menuruni gua tetes. Jalur kedua dari malang, menuruni tangga monyet dengan kemiringan 90 derajat (eh ga miring donk itu?) lebih cepat sampai untuk ke Air terjun Tumpak Sewu, sayangnya tidak melewati Gua tetes yang indah itu. Cerita dari guide setempat, sempat ada pengunjung jatuh dari tangga monyet itu dan meninggal, jadilah dibangun sebuah posko didekat jalur dari malang dan ada biaya retribusi lagi :D cuma Rp. 5000,- kok...
jalur dari Malang, tangga monyet yang terbuat dari bambu, berada pas didepan posko 2
Sesuai namanya Air terjun tumpak sewu,
bener-bener seribu air terjun dalam satu tempat. Sangat setuju dengan predikat
yang orang beri : “hidden paradise”, sapa yang menyangka dari balik jurang yang
rimbun ada seribu air terjun mengalir deras mengelilingi kami. Ini secuil
surga! Sekali lagi saya betah berlama-lama disini.
Jadi saya sangat-sangat-sangat menyarankan ke kalian
semua, bila ada umur, waktu dan tenaga, berkunjunglah kesini, setiap lelah dan
deg-degan karna extrimnya medan akan terbayar dengan keindahan Hidden Paradise.
Hidden Paradise
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ini perjalanan kami kembali dari Tumpak sewu, melewati banyak tempat keren
Perjuangan memang, menyebrangi sungai
Btw, ini beberapa saran dan
Tips kalo ke Gua Tetes dan Tumpang Sewu :
1.
Siapkan stamina jasmina
2. Pakai
Sepatu atau sandal untuk tracking, mengingat medan yang licin.
3. Bawa
barang seperlunya, ingat gaes...kita akan tracking dengan medan yang extrim, cukup menyita tenaga
menurut saya, jadi jangan bawa beban berat (selain berat
badanmu)
4.
Lindungi barang elektronikmu, karna kita disini akan basah sah! (so bawa
kantong plastik juga perlu untuk tutupi tasmu atau alat elektronik)
4. Bawa
pulang kembali sampahmu! Ini penting demi kelestarian alam kita, terlebih buat
kalian yang pakai kaos “my trip my adventure”, malu atuh...sama kaosnya kalo
buang sampah sembarangan.
5. Waktu.
Ini penting juga, hindari berkunjung ketika musim cherry, eh hujan ding! Dan jangan terlalu sore
untuk berkunjung.
--- Berjalan tanpa batas ---