Sabtu, 28 Februari 2015

Makassar - Delay dan delay (Part 4)

Hari Ke empat, senin - 9 Juni 2014,

Ini hari terakhir kami di Makassar, sesuai schedule pesawat kami rute Mks-Bpn jam 17.30-18.25 , di Balikpapan nanti kami sudah janjian dengan teman-teman kantor yang berada di Proyek schlumberger, tidak sekedar temu kangen, kami akan di traktir makan Kepiting Kenari Balikpapan, itu tadi rencananya...sedetail apapun manusia berencana, Allah pula yang menentukan. Jadi yang terjadi adalah....

Masih ada waktu beberapa jam di Makassar, pagi itu kami segera mengunjungi Benteng Fort Roterdam yang beradar di depan pulau Losari. Demi menghemat waktu  kami naik taksi dari Tune ke Benteng PP, Bangunan benteng Fort Roterdam sesuai namanya, memang seperti benteng #yaelah. Buat saya tidak ada yang special disini, tapi harus selalu di abadikan untuk kenangan J setidaknya saya sudah pernah berkunjung, jadi kami jelajahi setiap sudut benteng yang rapi dan bersih.











                                                                  Di depan Benteng

Dari Benteng Fort Roterdam, jam 10.00 kami harus balik ke Tune untuk cek out. Sempat kami berencana menghabiskan waktu di Trans Studio, Cuma kami kurang tertarik dengan permainan wahana dan pasti rempong kalo bawa barang segini banyaknya kesana, jadi Trans Studio kami delete dari schedule. Dari Tune kami kuliner ke Otak-Otak Nyonya Elly, saya kira Tempat oleh-oleh nyonya Elly seperti Bakpau Telo Pandaan, dimana akan ada showroom untuk oleh-oleh, tempat duduk yang banyak dan kamar mandi yang bersih, paling tidak cocok lah untuk para backpacker seperti kami yang butuh duduk, makan, buang hajat dan menghabiskan waktu sampai mendekati jam keberangkatan.


                                               Otak-Otak Nyonya Elly dan Es Palu Butung

Salah besar sodara-sodara, tempatnya tidak bisa untuk duduk berlama-lama, walaupun saat itu kami pesan beberapa menu untuk dimakan di tempat, hanya ada satu meja dan beberapa kursi.Jadi ya...setelah perut terisi kamipun ga bisa lama-lama duduk disitu. Akhirnya kami memutuskan untuk lanjutkan perjalanan ke Bandara Hasanuddin, walaupun saat itu masih jam 12an. Sampai Di Bandara Counter Citilink belum dibuka, saya pun menggunakan waktu untuk tidur.  Kurang lebih jam 14.00 counter sudah dibuka, kami lah penumpang pertama yang cek in, setelah cek in? Kami tidur lagi.hahhaha. Mendekati jam 17.00 belum ada tanda-tanda kami harus naik ke pesawat, kami masih stay cool, sejam kemudian...kami mulai bosan.

Baru kali ini saya ngegembel di Bandara, duduk lama sudah, koprol sudah, jalan dari pojok kepojok sudah, keluar masuk ke kamar mandi juga sudah. Dan itu membuat saya sangat bosan. Kabar buruknya Citilink delay, oh men....hancur harapan kami untuk makan kepiting Kenari, Cacing diperut saya tiba-tiba menangis kencang ga terima kenyataan, begitupun saya -_-.


                                                                       ngeblur...
                                                       Di Depan Diorama Kapal Pinisi

                                                                  Membunuh waktu

Tetiba hape saya bunyi, wow...sms dari mantan. Kurang lebih sudah 2 bulan saya meng-jomblo saat itu, dan saya pun terbawa kedalam lamunan. Harusnya dia di samping saya sekarang, harusnya kemarin kami menjelajah Makassar bersamanya, harusnya akan ada nama dia di cerita ini, ya...manusia yang berencana, Allah pula yang menentukan. Apa yang terjadi dengan kami, tak harus menghentikan langkah saya, life must go on...dulu, sekarang dan nanti kami akan slalu menjaga silahturahmi, tak perlu membenci karna hanya merusak hati, tak perlu dendam karna hanya membuat sakit *lah kokjadi curhat* .

Sadar dari lamunan, sadar pula kalo petugas citilink mulai php kami. Saya pun mendatangi petugas gatenya, menjelaskan kalo dari Balikpapan nanti saya akan direct ke Lion untuk Rute Bpn-Sub. Mrekapun merespon penjelasan saya dengan baik, lalu petugas gate nya menjelaskan nanti setibanya di Balikpapan akan ada petugas bandara yang membantu kami untuk langsung di arahkan ke Lion tanpa perlu cek in terlebih dahulu.
                                     Ruang Tunggu Bandara Hasanuddin, sangat nyaman
Setelah kurang lebih 2 jam delay, kamipun lepas landas ke Balikpapan. Rasanya kami seperti penumpang special saat itu, duduk di barisanpaling depan, begitu pintu pesawat di buka, kami disambut petugas bandara untuk di arahkan.

“ada barang-barang yang ditaruh di bagasi mbak?”, tanya petugas.
“iya pak”.
“waduh...kalo gitu sebutkan ciri-cirinya biar didulukan”, kata petugasnya.

Walaupun kami sudah ngasih ciri-ciri barang yang di bagasi ke petugas, tetap saja barang-barang kami tidak keluar di awal, lah wong kami cek in paling pertama, otomatis letak barang dipojok sendiri. Tapi petugas bandara sangat baik, dia koordinasi dengan tim bagasi, minta untuk barang-barang kami di prioritaskan dulu. Alhasil, ga lama setelah itu barang-barang sudah di tangan kami.
                                                      Di Balikpapan, menunggu bagasi
“Pak, biasakan lion delay, penerbangan yang ke surabaya malam ini apa ga delay?”, tanya saya.
“Enggak mbak, makanya kita harus buru-buru takut tertinggal”, jawab petugas.

Oh oke...ga lucu kalo kami sampai tertinggal, dan tidur gembel di Bandara lagi.

Lalu...seperti adegan “ada apa dengan cinta?”, bedanya, kami tidak mengejar Rangga tapi mengejar Lion. Mas petugas mengajak kami sedikit berlari. Men..kalo kalian tau, Bandara Balikpapan yang baru itu luas banget, dan kami harus naik ke lantai 3, walaupun ada tangga escalator, tetap aja kami seperti di paksa berlari menaiki tangga dengan barang bawaan yang lumayan berat. Sampai di Escalator lantai 2, nafas saya sudah tinggal separuh, kaki dan iman saya mulai goyah, ga bisa mengikuti ritme larinya mas petugas, saya dan binti terhenti, membiar kan mas petugas dan dek rizki jalan duluan.

Sampai di Gate lion, ternyata Lion delay. Tuh kan....kan tuh...Lion gitu loh, kami bertiga pun langsung tertawa lepas tahu lion delay. Setengah jam kemudian, para penumpang di persilakan masuk ke pesawat, sampai di dalam pesawat, ada kali ya setengah jaman kami duduk dengan resah gelisah dan keringat mulai mengucur. Ya...si Lion lagi isi bahan bakar dulu, plis...kenapa penumpangnya harus masuk pesawat dulu?

Trimakasih Allah, Engkau melindungi kami selama perjalanan, Trimakasih untuk Alam Mu yang indah. I Love Indonesia....

Melangkahlah sejauh matamu memandang, dan berjalanlah tanpa batas....

*fyi : ternyata teman saya binti saat itu lagi hamil 1 bulan, dan belum ada yang menyadari, Subhanallah...kuat sekali si Jabang bayi saat itu, sudah di ajak snorkeling, tracking, jalan kaki bermeter-meter dan lari-lari di Bandara . houre..saya punya ponakan baru lagi *hug

Jumat, 20 Februari 2015

Menjelajah Bantimurung dan Indahnya Karts Maros - Makassar (Part 3)

Hari ke tiga di Makassar,

Seperti yang sebelum-sebelumnya, kami bangun penuh semangat walau kantuk masih menggantung di mata. Jujur saja, Tune Hotel Makassar terlalu nyaman bagi kami yang bacpacker, kasur yang empuk dan design kamarnya yang minimalis membuat kami terlalu betah. Tapi hari ini kami akan ke Bantimurung dan Desa Maros, dan di tempuh  dari satu pete-pete ke pete-pete lainnya, imbal-imbalan kalo kata orang jawa. Jadi...lebih pagi berangkatnya lebih baik. 

                                                View Kota Makassar dari Tune lantai 7

Berikut rute pete-pete tujuan Bantimurung :

1.      Dari Tune kami naik pete-Pete jurusan Karebosi,
2.      Dari Karebosi ambil pete-pete jurusan dayak (ini seperti terminal bus ).
3.      Dari Dayak, cacing di perut kami sudah meronta-ronta minta diisi, ah...ni perut tetep ga bisa di ajak nge-gembel. Kami isi perut dulu di dekat situ – Palu Basah, sepertinya cacing di perut kaget ada makanan rasa baru masuk di  perut. “ah...cacing, gembel juga kan lo!”, kemudian jambak-jambakan dengan cacing -_-”.
sambil makan ngobrol-ngobrol sama  bapak penjualnya, minta petunjuk rute berikutnya. Si Bapak baik banget, ngasih kita wejangan hati-hati dan nyariin pete-pete berikutnya :) Dari Dayak kami lanjut ke pete-pete jurusan Maros.
4.      Dari Maros kami pindah lagi ke pete-pete jurusan Bantimurung.

Ketika mulai memasuki desa Maros , udara sudah mulai sejuk dan pemandangan batu karts yang menjulang tinggi sudah terlihat gagah di sisi desa Maros. Saya berdecak kagum hebat, belum bisa menerjemahkan keindahan alam saat itu, terlalu indah. Menaiki pete-pete kali ini saya nikmati betul, kaca saya buka lebar, camera saya setting video dengan harapan saya selalu mengingat tempat ini. Well...itu masih cerita di perjalanan menuju Bantimurung. Karna Letak Bantimurung lebih jauh dari pada Desa Maros, kami memutuskan untuk Ke Bantimurung dulu.  

                                                 Hasil jepretan dari dalam pete-pete

 
Karna hari itu hari minggu, Bantimurung rame banget, Tempat wisata air terjun ini cukup unik, karna tidak terlalu miring dan lebar, banyak yang main slurutan pake ban gitu, seru sih...tapi rame bgt. Di Banti murung juga ada gua (saya lupa namanya -_-”) kalo mau ke gua kami harus jalan kaki dulu sekitar 1 Kilometer dengan jalanan yang kadang menanjak.. Ngos-ngosan?pasti, apalagi kita ga terbiasa trecking. Sampai didepan gua, kita ga langsung masuk, karna...kalo sewa guide itu nambah cost, rugi rasanya kalo pake bayar guide  dengan gua yang ga seberapa besar :p, tapi ga mungkin juga kalo harus masuk bertiga.
                                                            Loket karcis Bantimurung
                                                         Di depan Musium Kupu-Kupu
                                                    Air Terjun Bantimurung, rame cint...
 
Alhamdulillah kita ketemu temen2 UKKI Unhas yang mau masuk ke goa, kita ajak join mreka dan mreka mau, Horeeee aman. Formasi selama di dalam goa, lelaki didepan, perempuan di tengah, dan belakang sendiri para lelaki, sangat terbantu dengan ada nya mereka :) trimakasih. Seperti halnya gua lain, berlama-lama di dalam gua itu panas men :P. Akhirnya kami keluar gua, dan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada mreka.

                                                     Di dalam gua, kumus-kumus sekali...
                                                       Telaga di depan Gua, keep clam :)
 
Kami ga langsung turun, kaki mulai gempor, Ga jauh dari gua ada telaga dengan warna ke hijauan, kami lepas lelah disitu sambil foto-foto. Dimanapun kami berada, Bahasa Suroboyo kami terlalu kental, sampai kadang bahasa Indonesia selalu bercampur bahasa Suroboyoan. Ternyata ada sekumpulan bapak-bapak dari jawa menyadari bahasa kami.
“Teko endi rek?” tanya mreka. Kaget. Bangga dan seperti dapat angin segar, bertemu sesama orang jawa di kota orang.
“Suroboyo pak...sampean pundi?kok ngertos boso jowo?”,tanya kami balik, ternyata bapak-bapak tadi para orang-orang proyek yang dikirim dari Jawa. Puas mengobrol, kami melanjutkan perjalanan turun ke bawah dengan jalan yang sama. Sesampainya di pintu keluar Bantimurung kami tanya-tanya ke petugas, kalo dari bantimurung naik apa?apa ada ojek?apesnya....ojek disana kadang ada kadang ga ada, dan kebetulan saat itu ga ada. 

                                                     Cinderamata khas Bantimurung 

Kami cepat-cepat memutar otak mencari alternatif, karna kalo kita naik pete-pete berhenti di depan desa maros, dan masuk ke desanya itu jauh men....kasian nih kaki. Lalu sebuah pete-pete mendekati kami, dia tanya tujuan kita, begitu kita jelaskan, si bapak ngasih penawaran anterin kita muter2 ke desa maros lalu diturunkan ke tempat yang lebih dekat dengan dayak, jadi kami akan menghemat satu pete-pete. Dari harga 100ribu yang dia ajukan, kami tawarkan menjadi 80ribu :D And Deal...kami pun naik pete-pete Pak Patir dengan suka cita.

Sebuah perjalanan pasti akan banyak menyajikan sebuah pengalaman dan cerita baru, begitupulah dengan kami yang menyewa pete-pete Pak Patir, kami cepat akrab dengan beliau, Tujuan kami ke Leang-leang melihat Gua Prasejarah disana, dan Pak Patir yang asli orang Bantimurung malah tidak tahu menahu tentang gua itu.Glodak! Bahkan menyusuri Desa Maros pun itu pertama kalinya untuk beliau. Glodak lagi!! Tapi sungguh sangat beruntung menyewa pete-pete Pak Patir, beliau bisa merangkap sebagai guide lokal, sedikit-sedikit bercerita tentang kehidupan Bantimurung dan pengalaman beliau yang pernah merantau ke Surabaya.

Oh ya, memasuki desa Maros mata kami dimanjakan dengan indahnya alam,barisan sawah yang berjajar rapi, ditengah-tengahnya beberapa  bebatuan Prasejarah berdiri kokoh, rumah panggung penduduk dan desa yang dikelilingi Karts yang menjulang tinggi. Sekali lagi saya tidak bisa menerjemahkan keindahannya, itu berarti Desa Maros melibihi kata “sangat cantik luar biasa”. Subhanallah Ciptaanmu Allah. “Saya harus kembali ke tempat ini,” gumam saya...dan smoga menjadi kenyataan. Amin

Sampai di Leang-Leang, Tempatnya tidak begitu ramai, lebih ke Sepi malah, kami isi buku tamu dulu.
“Dari mana mbak asalnya?”, tanya Pak Petugas.
“Surabaya pak”. Jawab kami
“Wah...Bonek nih.”, seru mreka, cieeee kami mendadak Geer :P

Pak petugas menawarkan kami untuk mengunjungi Gua leang-leang, tapi kami terlalu sungkan untuk menambah guide, mengingat gua leang-leang letaknya di atas bukit, dan Pak Petugas cuma mengantarkan kami bertiga.” Nanti saja pak...kalo ada pengunjung yang lain mau lihat, kami ngikut”, tolak kami sopan.

Selama menyusuri Leang-Leang, Pak Patir siaga banget motion kita-kita :D, pengertian sekali Bapak ini kalo kami narsis. Sepinya leang-leang kadang di manfaatkan para anak muda untuk tempat pacaran, karna tempatnya yang cukup rimbun, mau dibuat sembunyi juga bisa. Duh! Ini nih ga asik.

                                               Di depan rumah adat yang di kelilingi Karts
                                      Cuaca panas, keringat menyengat, tetap semangat :P
                                                     Di antara bebatuan Leang-Leang
                                                                      Nyengir mulu


Asik-asik kami duduk di sebuah batu, Pak Petugas dan 3 rombongan cewek-cewek mendatangi kami. Oh rupanya mreka mengajak kami untuk melihat Gua Leang-leang, wah...kesempatan nih. Jalan menuju gua leang-leang banyak menaiki tangga, cukup ngos-ngosan juga. Saya biasanya tidak begitu antusias dengan gua, tapi untuk leang-leang membuat saya berdecak kagum, dari atas gua, kita bisa lihat pemandangan desa Maros,  Awesomeeee. Dan gua nya pun sendiri sungguh keren, baru kali ini saya melihat karya seni manusia jaman prasejarah, terlihat di dinding-dinding gua telapak tangan mereka. Merinding, bangga dengan para Nenek moyang, bagaimana cara mereka menempelkan telapak tangan di batu dan dalam waktu bertahun-tahun tidak usang dimakan jaman. *Applause untuk para Nenek Moyang :)

                                                          Jalan menuju Gua, menanjak
                                                                View Dari atas gua
                                Kalo di amati, ada tanda telapak tangan manusia jaman dulu
                                                     View dari atas gua, awesomeee

                                                             Tangga menuju ke gua
 
Puas menjelajah Leang-leang, saatnya kami harus keluar dari desa Maros. Mata saya sungguh ga rela harus melepas pemandangan seindah itu T_T . Cacing kami mulai berteriak kelaparan, Pak Patir pun mengajak kami makan Coto Makassar di dekat Pintu Masuk Desa Maros, disana kami bertemu bapak-bapak kodam yang berasal dari Surabaya, senang ketemu bolo dewe, kami pun bicara bahasa suroboyoan, Pak patir dan yang lainnya ketawa-ketawa dengar logat kami :D yang menurut telinga mereka terdengar aneh.

                                                 Batuan ini alami, ditengah-tengah desa
                                                           Maros yang dikelilingi Karts
                                                        Bersama pete-pete Pak Patir :P
                                                                     Ditengah Jalan

Kami sangat puas dengan jasa Pak Patir, sangking puasnya kami bayar beliau sesuai permintaan pertamanya, dan tak lupa kami bertukar no handphone, menyambung silahturahm #eeaaa.  

Setelah berpisah dari Pak Patir kami menaiki pete-pete arah Dayak, lalu lanjut pete-pete arah Karebosi, sampai di Karebosi sudah magrib, kami terlalu lelah, muka sudah kumus-kumus ga karuan, masuklah kita ke Karebosi dengan niat awal cari toilet. Sampai di toilet, kami sempat bersihkan muka, dan penjaga toilet jahat banget, masak cuci muka ga boleh -_-. Kami jalan-jalan cantik bentar di Mall Karebosi, ya..kurang lebih samalah kayak Mall di Surabaya, bedanya tuh Mall di bawah Stadion. 


Dari Karebosi, Kami mau melanjutkan ke jalan Sulawesi, katanya itu pusat oleh-oleh. Setelah tanya beberapa orang, kami naik pete-pete yang melewati Jalan Sulawesi, sampai di pertigaan yang saya ga tau apa namanya, kami di turunkan, dan si Pak supir pesen, “tar jalan lurus aja, itu sudah jalan Sulawesi”. Ho...kami menurut, 500 meter...kaki kami masih kuat, mulai 1,5 kilometer, amsyongggg...jauh banget yak. Ternyata pusat Oleh-oleh itu ga jauh dari Pantai Losari.Wuah...kita sudah jalan jauh. Puas beli oleh-oleh kami lanjutkan jalan kaki ke arah Losari dengan niatan cari makan.

Karna stamina yang hampir habis, beban di tangan semakin banyak, dan kaki yang sudah lelah berjalan jauh. Didepan losari saya benar-benar ga kuat jalan, ndlosor begitu aja didekat orang jual jus, minum jus sambil mengumpulkan tenaga. Kami berjalan lagi dengan beban yang sama mencari rumah makan Lea-Lea, Alhamdulillah...dari bibir pantai losari ga jauh ternyata, sesuai dengan referensi orang di pete-pete rumah makan seafood ini memang enak dengan harga yang terjangkau pula. Di Makassar baru ini kita makan mahal, houre....



Puas makan, kami balik ke hotel menggunakan taksi, karna lelah sudah keterlaluan menjalar di badan.

Jadi Berpetualanglah sejauh mata memandang, lalu...berjalanlah tanpa batas....
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berikut pengeluaran kami selama sehari, smoga bisa menjadi referensi :
*Semua sudah terhitung untuk 3 orang

Minggu, 8 Juni 2014 Pete2 Ke Karebosi Rp 12.000,00
  Pete2 ke Dayak Rp 12.000,00
  Makan palu basah Rp 29.000,00
  Pete2 Ke Maros Rp 21.000,00
  Pete2 Ke Bantimurung Rp 21.000,00
  Tiket Masuk ke Bantimurung Rp 60.000,00
  Tiket Masuk Leang-Leang Rp 30.000,00
  Makan Coto Bantimurung Rp 58.000,00
  Pete2 Ke Dayak Rp 100.000,00
  Pete2 ke Karebosi Rp 12.000,00
  Toilet Rp 4.500,00
  Pete2 ke Jl. Sulawesi Rp 12.000,00
  Makan Lea – Lea Rp 117.000,00
  Taksi Ke Hotel Rp 14.000,00