Selasa, 25 Agustus 2015

Edisi Kering-kering(an) - Bali #day2


01 Juni 2015

Masih dari Pulau Dewata, hari kedua kami di Hotel Suranadi II. Hari ini temanya kering-keringan aja, gapapalah...yang penting renyah #opotohiki?. Dari hasil meeting singkat di kamar hotel, tercetuslah ide untuk berkunjung ke desa Adat Penglipuran – Bali. Dari otak ke mulut saya kok agak beribet ya ngomong desa Penglipuran, malah bisa-bisa ga sengaja bilang “Desa Pelipur Lara”, jadi...kalo kita berkunjung ke desa itu hati kita yang gundah gulana bakal jadi riang gembira tak terkira. Kok berasa galau banget ya? Ya sudah saya sebut ke nama asalnya aja “Desa Penglipuran”.

Desa Penglipuran



Desa Wisata Adat Penglipuran ini terletak di kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, tidak begitu jauh dari Pusat kota Denpasar, sekitar 47,5 Km atau 1 Jam lebih 20 menit (Bila tidak macet dan tak ada lampu merah :p). Tiket masuknya sendiri cuma Rp. 15.000,-. Ini pertama kalinya saya dan temen-temen kesini, sangat excited, terlebih begitu kita memasuki area desa, sungguh saya ga pernah lihat desa sebersih dan secantik ini. Ga ada sampah berserakan.

Namanya juga Desa adat, setiap penduduk yang saya temui sebagian besar mereka pakai baju adat kebaya bali dan di atas kepalanya ada besek sebagai tempat sesajen. Design rumahnyapun sangat ke Bali-balian, saya sempat masuk kesalah satu rumah penduduk, satu rumah induk yang terdiri dari kamar dan ruang tamu dalam satu atap, dapur satu atap sendiri, ruang tivi satu atap sendiri, dan Pura terletak di belakang rumah dengan ukuran kurang lebih 3 x 3 meter. Kalo di surabaya, mungkin nih per atapnya bisa jadi kamar kos-kosan :p.

                                                           Salah satu rumah penduduk

Keunikan lainnya, desa ini punya kesimetrisan yang tertata rapi antara 1 rumah dengan rumah lainnya, andaikata nih sawah, saya bisa bilang terasiringnya cantik bener. Jalan utama desa Penglipuran ini mengarah ke bagian utama desa yang berada di puncak paling tinggi, di puncak desa terbagi 2 jalan, ke kanan arah Pure dan ke kiri arah Hutan Bambu. Kebetulan saat itu sedang ada upacara penutupan bulan purnama, good moment, kami bisa lihat langsung prosesi upacara, uniknya lagi, mulai dari masak sampai menyiapkan makanan adalah tugas para lelaki. Wow!




                                                               Hutan Bambu

Ke Kintamani yuk...

Puas berkeliling desa Penglipuran, kami melanjutkan perjalanan ke daerah Kintamani. Penelokan, sebuah tempat yang masih dalam lingkup kecamatan Kintamani, sekedar nongkrong di Penelokan, anda akan disajikan lukisan Tuhan, gunung dan danau Batur, awesome! Udara gunung yang sejuk dan semangkok bakso dengan kuah hangat, hum...perfect, membuat kami betah berlama-lama di Kintamani. Nama Penelokan sendiri dalam bahasa Bali artinya tempat untuk melihat-lihat dan Penelokan sendiri berada disebuah tikungan, seandainya tiap tikungan itu seindah Penelokan, nikung berkali-kalipun saya siap! #loh?

Sebetulnya kintamani punya banyak tempat wisata, mulai dari Gunung Batur, Danau Batur, Pura Batur dan Desa Terunyan. Sempat kepikiran berkunjung ke Terunyan, tapi dari hasil voting singkat kami ga punya nyali buat kesana. Eh kami atau saya? Entahlah, yang jelas saya nih orangnya parno-an, bayangin lihat mayat yang di taruh di bawah pohon, duh! Bisa melekan semalem suntuk.



Banyak bunga bunga – banyak  bunga bunga

Dari Kintamani kami melanjutkan perjalan ke Bedugul bali, sesuai gps, saat itu kami melewati jalan catur, Kubutambahan, Kabupaten Buleleng – Bali. Jalanannya cukup untuk 2 mobil dan kanan kiri jalan Catur kita akan banyak menjumpai pekarangan bunga kenikir, dipetak-petak seperti sawah gitu, cantiknyo...kita yang naluri perempuan langsung ngikut gaya Syahrini “banyak bunga bunga...banyak bunga bunga....”, "foto disini keren nih!", tiba-tiba ide narsis muncul.

Sayangnya sang driver kurang peka, dia terus melaju melewati banyak pekarangan bunga. Ga bisa tinggal diam nih kalo dia ga berhenti maka saya dan teman-teman yang lain bakal melewatkan tempat yang keren tanpa sebuah foto. "Dani!!! Stop!!!", teriak saya kenceng. Berhasil! mobil langsung berhenti dan semua langsung keluar mobil tanpa komando. hahaha. Naluri narsis tiba-tiba berkobar.

Swear! Bener-bener kebun bunga, kuning dimana-mana. Nemu tempat sebagus ini secara ga sengaja, rugi banget kalo ga diabadikan. Jadilah kami berfoto ria di pekarangan bunga entah milik siapa :D, yang jelas kami cuma numpak foto aja ya pak...ga sampai metik atau matahin batangnya :D. Ya...ini yang saya suka dari sebuah perjalanan, kadang ada aja hal tak terduga, entah menyenangkan atau tidak, yang jelas saya suka  dengan sebuah perjalanan. Rasa, pengalaman dan lelahnya itu ga bisa dibayar.


Sunset Bedugul dan sebuah penyesalan :(

Yeah...aneh memang, ke bedugul kok cari sunset? yang lain pada ngejar sunset di pantai, ini malah ke bedugul. Iya gapapa deh...biar greget #Lol. Mungkin ini tempat favorit kita, kalo ke Bali ya kesini. Karna si Mini lagi ada kerjakan ndandak dari surabaya, jadilah dia numpang colokin laptop di Resto bedugul dan sisanya pada merumput di bedugul (Baca:tiduran). Betah. 

Tempat Favorit berikutnya, Masjid Hidayah, Masjid besar ini letaknya di bukit seberang bedugul. Selain untuk sholat, pemandangan Bedugul dari halaman masjid bisa kita nikmati disini. Btw slesai dari sholat ada ibu-ibu jualan strawberry, sekotak gede dihargain cuma Rp. 10.000,- gileee murah banget, di surabaya atau malang sekotak kecil aja harganya Rp.15.000,- an. Gara-gara itu saya galau banget, pengen beli buat di surabaya tapi tar busuk lagi, kalo ga beli mumpung murah. galaukan? #dasarcewek.

Akhirnya kami beli 1 kotak besar dengan bonus 1 kotak kecil. Yang bikin menyesalnya lagi...tuh strawberry rasanya manis dan awet sampai besok (kebetulan besoknya baru kita makan). Ya...asli saya menyesal, kenapa penyesalan selalu datang di akhir? #nangisdipojokanKuta. 


                                                           Kira-kira lagi ngapain?
                                                                   Foto Kalender

Beach Walk – Biar kekinian

Setelah sholat magrib, kita tancap gas lagi ke daerah kute. Dengan tujuan memenuhi hajat perut yang kosong, kuliner di Nasi Pedas Bu Andika (Jl.Raya Kuta, Gg.Kubu, No.120C, Benoa, Badung, Kuta Sel., Bali) ga usah bingung mencari lokasi Bu Andika, karna letaknya pas diseberang Pabrik kata-kata Joger, buka 24 jam, udah kayak apotik kan? Ini langganan keluarga saya, rasa pedes nya itu ngangeni. Selain bebek betutu, ini juga recommendlah kalo untuk kuliner di Bali. Soal harga masih standart juga.

Next, ngemall di Beach walk - Kute, biar kekinian dan berbaur dengan bule-bule terkini. Di basemant, lagi kusyuk-kusyuknya antri parkir, eh tiba-tiba ada mobil yang nyelonong parkir ditempat yang udah kita incar, ya memang sih...ga da undang-undang yang mengatur tentang “Etika berparkir”, tapi... hey! Budayakan antri donk. Malulah...andaikata yang kamu serobot itu orang bule, di matanya pastilah : Ah...gini nih kelakuan orang Indonesia, males antri. Untungnya yang dia serobot itu kita, asli Indonesia yang ya...kalo diserobot cuma ngedumel ato ngajak tawuran. Hahaha.

Beach Walk ini letaknya pas di depan Pantai Kute, dengan design modern mall outdoor dan indoor. Lantai satu, di tengah mall ada  Resto dan Panggung kecil yang dikeliling oleh kolam. Lantai 2, di tengah mall juga, disediakan sebuah taman outdoor yang menghadap ke Pantai Kuta. Kami memilih menikmati duduk-duduk cantik di taman terbuka. 

Dilihat dari toko-toko yang kebanyakan jual "branded" mahal, bisa dipastikan ini Mall untuk segmen menengah ke atas. Overall, saya suka dari keseluruhan mall ini. Ga salah kalo banyak bule bertebaran disini. 




Hayati Lelah!!!

Puas nongkrong di beach walk, ga sadar sudah jam 22.00 Wita. Mulut sudah pada menguap, mata mulai 5 watt dan badan sudah mulai melemah. Sudah jelas kami cukup lelah untuk hari ini, eh bisa-bisanya si sany merajuk manja ke kami.

“yuk..dolen nang legian, mumpung nang bali”.

Arek gend*ng!!! Semua geleng-geleng kepala, ga sanggup meladeni kemauan dia. Berkali-kali dia merayu, berkali-kali pula kami menolak dengan alasan : sepertinya hari ini sudah cukup dan kami lelah. Dia kecewa berat, sebagai ganti penolakan kami, sebelum kehotel kami antar si sany ke pasar Badung lagi buat beli semangka, kebetulan dia lagi ngidam juga.

Di Pasar Badung, ga da satupun manusia di antara kita yang tergerak hatinya buat anterin si Sany masuk pasar. Lagi-lagi kami ribut lagi masalah ga penting soal siapa yang mau antar sany. Ribet ya? :P gini nih laki jaman sekarang, maunya dianterin T_T. 

Akhirnya...Mas yommy dengan rela (atau berat hati?) mau anterin sany masuk pasar. Gini donk ah dari tadi :D kan biar cepet kita ke hotel dan istirahat. Malam itu...Mas Yommy berjasa buat kita, karna dia kita ga perlu lama-lama di pasar dan cepet-cepet balik ke hotel bercengkrama dengan kasur.

-Berjalan tanpa batas-

Minggu, 09 Agustus 2015

Menengok Si Anak Rantau - Bali #day1



30 Mei 2015,
 
“Kawan...sejauh apapun kau Berjalan Tanpa Batas , Selamanya kita akan slalu dekat Tanpa Batas “

Ya... Saya rasa itu ungkapan yang paling tepat untuk Kami dan Sany. Teman saya Sany merantau ke Bali, sesuai dengan yang dia cita-citakan. Baru 3 minggu dia merantau, kami sudah (pura-pura) kangen berat ke dia.

Malam minggu jam 9 malam kami meninggalkan Surabaya. Di mobil sudah tersusun formasi tempat duduk, Dany selaku Driver Tak tergantikan dan saya disebelahnya. Fani dan Mini duduk ditengah, Mas yommy dan Tivi 14 Inch  duduk di Bangku Belakang :D, Eh cie cie Mas Yomy duduk ma tivi nih ye...#salahfokus.

Di Perjalanan, entah kenapa kami slalu terjebak  macet di Jalanan Hutan Baluran, Banyuwangi. Sialnya kali ini kami lagi ga bawa camilan dan bekal, Jadilah kami menikmati macet dengan romantis, dalam gelap bersama kalian #tsah. 04.30 Wita, kami sudah menginjak Pelabuhan Gilimanuk – Bali, seperti biasa kami harus melewati pemeriksaan identitas. Semua clear, kecuali Mas Yommy yang kebetulan KTP nya untuk Sewa Mobil. Mas yommy sudah menunjukkan identitas lainnya seperti SIM  A dan C, Npwp, tetep saja si Pak Petugas keukeh menahan kami.

“jadi bagaimana ini baiknya pak?”, tanya kami.
“ya sudah ikut saya ke POS ya”, kata Petugas.

Saya diluar Pos jagain mobil. Di Pos, Pak petugas menjabarkan beberapa pasal, Jujur teman-teman saya ga “Ngeh” tentang Pasal, tapi...bukankah dengan adanya Identitas lain bisa menggantikan KTP, bukankah dengan menunjukkan SIM, NPWP dan Bukti Penahanan KTP di Rental mobil, sudah menunjukkan bahwa itu valid ya? Ya...subuh itu, teman-teman saya dapat Siraman Rohani “Pasal”. Rasanya...Pak petugas mencari celah kami, menahan kami dan meminta “sesuatu” agar  urusan lancar, Sayangnya...kami pura-pura bodoh :D. Jadilah...20 menit di Pos Gilimanuk, kami di lepas begitu saja.

Here We go!!! Bali...

08.00 Wita, di Kos Sany, kamipun langsung bergelimpangan, kecuali dani, dia masih sempet ngerjain tugas kuliahnya (Daebak!). Setelah beresin badan dan barang, jam 11 kami  keluar dari kos Sany. Tujuan pertama kami ke Pantai Balangan – Bali.

Cantiknya Balangan

Ya...ini namanya bunuh diri (lagi) siang bolong begini, matahari di atas ubun-ubun, masih aja kita ke pantai. Pantai Balangan nih masih terbilang baru, atau saya yang baru tau? Dilihat dari jarangnya sampah yang berserakan dan pengunjung yang ga begitu banyak. Sebelum turun kepantainya, ada baiknya naik ke atas bukit dulu, karna disitu kita bakal disajikan pemandangan keren luar biasa, Laut yang biru, bukit-bukit dan samar-samar saya masih bisa melihat  Pesawat  yang Landing or Boarding di Bandara Ngurah Rai.

Untuk bule, nih pantai cocok banget buat berjemur, untuk saya yang asli jawa nih pantai cocok banget buat jemur baju T_T sama arti beda maksud. Balangan sendiri jadi tempat favorit buat para bule, selain tempatnya yang eksotis, Balangan punya ombak tinggi, panjang dan besar, cocok buat pecinta Surving.






Untuk lokasi Pantai Balangan ini, ga jauh-jauh banget dari Bandara Ngurah Rai, menurut Google Map 43 menit atau 17,5 km (Bila tidak macet dan tanpa lampu merah :D) . Karna lumayan jauh dari keramaian kota Bali, menurut saya cocoklah buat yang butuh tenang atau honeymoon, dan lagi disekitaran Pantai balangan sudah banyak villa atau hotel.

Kali ini saya lagi ga mood untuk basah-basahan dan berjemur, pertama karna saya bawa baju terbatas dan kedua karna kulit saya belum move on “hitamnya”.  Cukup duduk di pinggir Pantai menunggu air Laut  menyentuh kaki saya. Walau Pantai Balangan saat itu terlihat panas, tapi angin nya sejuk, dan air nya dingin loh, jadi betah juga duduk lama-lama di tepi pantai.

                
                                                    Kebetulan lagi ada shooting FTV


                                                               Jualan aqua nih?
 
Pantai Sejuta Umat

Next, kami menikmati sunset di Kute, berkali-kali ke Kute dengan orang yang berbeda dan dengan rasa yang sama, Kute tetaplah pantai #yaiyalah. Yang lain masih pengen basah-basahan, saya? Saya lagi ingin menikmati Kute dengan memilih duduk di pinggir pantai menjaga Tas dan menjaga Dani yang lagi tidur diatas pasir -_-”. 

Sunset itu selalu Indah, dimanapun tempatnya dan Kute ini unik memang, dengan pantainya yang panjang, ombak nya yang masih bersahabat, cocok untuk segala umur dan suasana, saya rasa Kute ini sangat melengkapi. All in one. Pantaslah dia menjadi Ikon Bali. 

                                                                  Langit Kute

Sany tipu-tipu kami

Sore menjadi malam, Kami memutuskan untuk segera cek in di Hotel Suranadi – Denpasar (Jl. Hayam Wuruk No. 61 – Denpasar – 0361 226702) , hotel ini cukup nyaman buat kami yang numpang tidur dan Pup aja. Dilengkapi Tivi 14 Inch dengan posisi menempel atap (Otomatis tiap nonton tivi, nih leher kudu di setting ke atas, lumayan pegel), Kipas Angin, Kasur yang pas untuk 3 orang dan teh manis di pagi hari. “Biar hari-harimu selalu manis”, mungkin itu motto hotel Suranadi.  

Karna perut kami mulai keroncongan semua, Sany mengajak kami jalan kaki mencari makan di Alun-alun Denpasar, oke...cukup asik juga rasanya jalan kaki di kota denpasar malam hari. Sampai didepan alun-alun Denpasar dan sama sekali tidak menemukan penjual makanan, ternyata di alun-alun Denpasar ada papan dengan tulisan : Dilarang berjualan disekitar area Alun-Alun. Oke! 

                                               Ngeksis didepan Air mancur Alun-Alun

“ Yo wes kita jalan ke pasar aja ya”, ajak sany. Oke...pasti tuh Pasar Malem yang biasa orang jual baju atau makanan gitu, batin kami saat itu.

Dan Taraaaa....

Kami memasuki wilayah pasar Malam Tradisional – Pasar Badung, yang cuma menjual sayuran, daging dan bahan pokok makanan. Argh!!! Brani-braninya tuh bocah tipu-tipu kami. Ga mau mubadzir begitu aja dengan jalan kaki yang cukup jauh, kamipun mengelilingi pasar Tradisional dan jalan lagi...duduk bentar...jalan lagi...tau-tau udah didepan hotel. Hahaha kampret. Kalo diliat dari google map, ada kali 7 kiloan kita jalan kaki #fiuh. 

                                                           Beli jajanan pasar
 
Akhirnya kitapun makan di warung depan hotel. Berakit-rakit kehulu bersenang-senang kemudian, berjalan kaki dahulu makan kemudian.

-Berjalan tanpa batas-