01 Juni 2015
Masih dari Pulau Dewata, hari kedua kami di Hotel Suranadi II. Hari ini temanya kering-keringan aja, gapapalah...yang penting renyah #opotohiki?. Dari
hasil meeting singkat di kamar hotel, tercetuslah ide untuk berkunjung ke desa
Adat Penglipuran – Bali. Dari otak ke mulut saya kok agak beribet ya ngomong
desa Penglipuran, malah bisa-bisa ga sengaja bilang “Desa Pelipur Lara”,
jadi...kalo kita berkunjung ke desa itu hati kita yang gundah gulana bakal jadi
riang gembira tak terkira. Kok berasa galau banget ya? Ya sudah saya sebut ke
nama asalnya aja “Desa Penglipuran”.
Desa Penglipuran
Desa Wisata Adat Penglipuran ini terletak di kelurahan Kubu, Kecamatan
Bangli, tidak begitu jauh dari Pusat kota Denpasar, sekitar 47,5 Km atau 1 Jam
lebih 20 menit (Bila tidak macet dan tak ada lampu merah :p). Tiket masuknya
sendiri cuma Rp. 15.000,-. Ini pertama kalinya saya dan temen-temen kesini,
sangat excited, terlebih begitu kita memasuki area desa, sungguh saya ga pernah
lihat desa sebersih dan secantik ini. Ga ada sampah berserakan.
Namanya juga Desa adat, setiap penduduk yang saya temui sebagian besar
mereka pakai baju adat kebaya bali dan di atas kepalanya ada besek
sebagai tempat sesajen. Design rumahnyapun sangat ke Bali-balian, saya sempat
masuk kesalah satu rumah penduduk, satu rumah induk yang terdiri dari kamar dan
ruang tamu dalam satu atap, dapur satu atap sendiri, ruang tivi satu atap
sendiri, dan Pura terletak di belakang rumah dengan ukuran kurang lebih 3 x 3
meter. Kalo di surabaya, mungkin nih per atapnya bisa jadi kamar kos-kosan :p.
Keunikan lainnya, desa ini punya kesimetrisan yang tertata rapi antara 1
rumah dengan rumah lainnya, andaikata nih sawah, saya bisa bilang terasiringnya
cantik bener. Jalan utama desa Penglipuran ini mengarah ke bagian utama desa yang
berada di puncak paling tinggi, di puncak desa terbagi 2 jalan, ke kanan arah
Pure dan ke kiri arah Hutan Bambu. Kebetulan saat itu sedang ada upacara
penutupan bulan purnama, good moment, kami bisa lihat langsung prosesi upacara,
uniknya lagi, mulai dari masak sampai menyiapkan makanan adalah tugas para
lelaki. Wow!
Hutan Bambu
Ke Kintamani yuk...
Puas berkeliling desa Penglipuran, kami melanjutkan perjalanan ke daerah
Kintamani. Penelokan, sebuah tempat yang masih dalam lingkup kecamatan
Kintamani, sekedar nongkrong di Penelokan, anda akan disajikan lukisan Tuhan,
gunung dan danau Batur, awesome! Udara gunung yang sejuk dan semangkok bakso
dengan kuah hangat, hum...perfect, membuat kami betah berlama-lama di
Kintamani. Nama Penelokan sendiri dalam bahasa Bali artinya tempat untuk
melihat-lihat dan Penelokan sendiri berada disebuah tikungan, seandainya tiap
tikungan itu seindah Penelokan, nikung berkali-kalipun saya siap! #loh?
Sebetulnya kintamani punya banyak tempat wisata, mulai dari Gunung
Batur, Danau Batur, Pura Batur dan Desa Terunyan. Sempat kepikiran berkunjung
ke Terunyan, tapi dari hasil voting singkat kami ga punya nyali buat kesana. Eh
kami atau saya? Entahlah, yang jelas saya nih orangnya parno-an, bayangin lihat
mayat yang di taruh di bawah pohon, duh! Bisa melekan semalem suntuk.
Banyak bunga bunga – banyak bunga
bunga
Dari Kintamani kami melanjutkan perjalan ke Bedugul bali, sesuai gps,
saat itu kami melewati jalan catur, Kubutambahan, Kabupaten Buleleng – Bali.
Jalanannya cukup untuk 2 mobil dan kanan kiri jalan Catur kita akan banyak
menjumpai pekarangan bunga kenikir, dipetak-petak seperti sawah gitu,
cantiknyo...kita yang naluri perempuan langsung ngikut gaya Syahrini “banyak
bunga bunga...banyak bunga bunga....”, "foto disini keren nih!",
tiba-tiba ide narsis muncul.
Sayangnya sang driver kurang peka, dia terus melaju melewati banyak
pekarangan bunga. Ga bisa tinggal diam nih kalo dia ga berhenti maka saya dan
teman-teman yang lain bakal melewatkan tempat yang keren tanpa sebuah foto.
"Dani!!! Stop!!!", teriak saya kenceng. Berhasil! mobil langsung
berhenti dan semua langsung keluar mobil tanpa komando. hahaha. Naluri narsis
tiba-tiba berkobar.
Swear! Bener-bener kebun bunga, kuning dimana-mana. Nemu tempat sebagus
ini secara ga sengaja, rugi banget kalo ga diabadikan. Jadilah kami berfoto ria
di pekarangan bunga entah milik siapa :D, yang jelas kami cuma numpak foto aja
ya pak...ga sampai metik atau matahin batangnya :D. Ya...ini yang saya suka
dari sebuah perjalanan, kadang ada aja hal tak terduga, entah menyenangkan atau
tidak, yang jelas saya suka dengan sebuah perjalanan. Rasa, pengalaman
dan lelahnya itu ga bisa dibayar.
Sunset Bedugul dan sebuah penyesalan :(
Yeah...aneh memang, ke bedugul kok cari sunset? yang lain pada ngejar
sunset di pantai, ini malah ke bedugul. Iya gapapa deh...biar greget #Lol.
Mungkin ini tempat favorit kita, kalo ke Bali ya kesini. Karna si Mini lagi ada
kerjakan ndandak dari surabaya, jadilah dia numpang colokin laptop di Resto
bedugul dan sisanya pada merumput di bedugul (Baca:tiduran). Betah.
Tempat Favorit berikutnya, Masjid Hidayah, Masjid besar ini letaknya di
bukit seberang bedugul. Selain untuk sholat, pemandangan Bedugul dari halaman
masjid bisa kita nikmati disini. Btw slesai dari sholat ada ibu-ibu jualan
strawberry, sekotak gede dihargain cuma Rp. 10.000,- gileee murah banget, di
surabaya atau malang sekotak kecil aja harganya Rp.15.000,- an. Gara-gara itu
saya galau banget, pengen beli buat di surabaya tapi tar busuk lagi, kalo ga
beli mumpung murah. galaukan? #dasarcewek.
Akhirnya kami beli 1 kotak besar dengan bonus 1 kotak kecil. Yang bikin
menyesalnya lagi...tuh strawberry rasanya manis dan awet sampai besok
(kebetulan besoknya baru kita makan). Ya...asli saya menyesal, kenapa
penyesalan selalu datang di akhir? #nangisdipojokanKuta.
Kira-kira lagi ngapain?
Foto Kalender
Kira-kira lagi ngapain?
Foto Kalender
Beach Walk – Biar kekinian
Setelah sholat magrib, kita tancap gas lagi ke daerah kute. Dengan
tujuan memenuhi hajat perut yang kosong, kuliner di Nasi Pedas Bu Andika (Jl.Raya Kuta,
Gg.Kubu, No.120C, Benoa, Badung, Kuta Sel., Bali) ga usah bingung mencari
lokasi Bu Andika, karna letaknya pas diseberang Pabrik kata-kata Joger, buka 24
jam, udah kayak apotik kan? Ini langganan keluarga saya, rasa pedes nya itu ngangeni.
Selain bebek betutu, ini juga recommendlah kalo untuk kuliner di Bali. Soal
harga masih standart juga.
Next, ngemall di Beach walk - Kute, biar kekinian dan berbaur dengan
bule-bule terkini. Di basemant, lagi kusyuk-kusyuknya antri parkir, eh tiba-tiba
ada mobil yang nyelonong parkir ditempat yang udah kita incar, ya memang
sih...ga da undang-undang yang mengatur tentang “Etika berparkir”, tapi... hey!
Budayakan antri donk. Malulah...andaikata yang kamu serobot itu orang bule, di
matanya pastilah : Ah...gini nih kelakuan orang Indonesia, males antri.
Untungnya yang dia serobot itu kita, asli Indonesia yang ya...kalo diserobot
cuma ngedumel ato ngajak tawuran. Hahaha.
Beach Walk ini letaknya pas di depan Pantai Kute, dengan design modern
mall outdoor dan indoor. Lantai satu, di tengah
mall ada Resto dan Panggung kecil yang
dikeliling oleh kolam. Lantai 2, di tengah mall juga, disediakan sebuah taman outdoor
yang menghadap ke Pantai Kuta. Kami
memilih menikmati duduk-duduk cantik di taman terbuka.
Dilihat dari toko-toko yang kebanyakan jual "branded"
mahal, bisa dipastikan ini Mall untuk segmen menengah ke atas. Overall, saya
suka dari keseluruhan mall ini. Ga salah kalo banyak bule bertebaran disini.
Hayati Lelah!!!
Puas nongkrong di beach walk, ga sadar sudah jam 22.00 Wita. Mulut sudah pada menguap, mata mulai 5 watt dan badan sudah mulai
melemah. Sudah jelas kami cukup lelah untuk hari ini, eh bisa-bisanya si sany
merajuk manja ke kami.
“yuk..dolen nang legian, mumpung nang bali”.
Arek gend*ng!!! Semua geleng-geleng kepala, ga sanggup meladeni kemauan
dia. Berkali-kali dia merayu, berkali-kali pula kami menolak dengan alasan :
sepertinya hari ini sudah cukup dan kami lelah. Dia kecewa berat, sebagai ganti
penolakan kami, sebelum kehotel kami antar si sany ke pasar Badung lagi buat
beli semangka, kebetulan dia lagi ngidam juga.
Di Pasar Badung, ga da satupun manusia di antara kita yang tergerak
hatinya buat anterin si Sany masuk pasar. Lagi-lagi kami ribut lagi masalah ga
penting soal siapa yang mau antar sany. Ribet ya? :P gini nih laki jaman
sekarang, maunya dianterin T_T.
Akhirnya...Mas yommy dengan rela (atau berat hati?) mau anterin sany
masuk pasar. Gini donk ah dari tadi :D kan biar cepet kita ke hotel dan
istirahat. Malam itu...Mas Yommy berjasa buat kita, karna dia kita ga perlu
lama-lama di pasar dan cepet-cepet balik ke hotel bercengkrama dengan kasur.
-Berjalan tanpa batas-