Jumat, 12 Februari 2016

(Masih) Gagal Backpacker - Explorer Lombok (2)



Sabtu, 5 Desember 2015

Masih meneruskan ceritagagal backpacker sebelumnya, pagi pukul 08.00 waktu lombok, kami sudah siap mengexplore Lombok di hari kedua, tanpa ditemani Pakde. Mobil (pinjaman dari Pakde) siap menemani kami memulai perjalanan tanpa batas lagi, seperti biasa, dengan berbekal GPS mobil melaju kearah Lombok Tengah dengan tujuan  awal Pantai  Mawun.

Dari Mataram ke arah lombok tengah cukup ditempuh dengan waktu kurang lebih 2 jam, tanpa macet. Ditengah  perjalanan menuju  Pantai Mawun, sekali lagi kami melewati  Desa Sade. Masih dengan rasa penasaran yang sama seperti kemarin (walau pakde sudah menyarankan tak perlu berkunjung kesitu)  kami memutuskan untuk mampir sebentar  menuntaskan rasa penasaran.

Desa Adat Sade – Masih dirundung penasaran

Sade tampak lengang kala itu, hanya kami dan beberapa rombongan . Memasuki pintu  masuk, kami harus mengisi buku tamu dan memberi uang seiklasnya saja. Kami mulai menyusuri Desa sade yang dihuni sekitar 150 kepala keluarga ini, rumah-rumah adat desa sade ini atapnya terbuat dari jerami (mirip bale) dan tinggi plafond yang sedikit rendah dari ukuran normal biasanya, yakin!kalo Mas Yomy yang tingginya hampir 2 meter, dia pasti bakal bungkuk setiap masuk rumah adat ini.  

Salah satu daya tarik di desa Sade selain bentuk rumah adatnya adalah hasil kerajinan kain tenunnya yang banyak di pajang di depan halaman mereka, menariknya kami bisa langsung melihat proses pembuatan kain tenun dan  boleh juga mencoba belajar menenun. Tak butuh guide dan waktu lama untuk menyusuri desa Sade, karna luas desa Sade yang tak selebar daun kelor dan jalan setapaknya memudahkan setiap pengunjung untuk mengeliling. 


Welcome To Sade



Under Contruction


Mari Menenun!



Di Bale tempat suku Sasak berkumpul

Power Ranger
Di Samping Jalan Aspal yang lengang


Pantai Mawun! Awesome!

Melanjutkan ketujuan awal : Pantai Mawun, di perjalanan menuju pantai kami tak sengaja menemukan Krisna Homestay, Jl.Raya Kuta - Lombok tengah, yang seharusnya semalam kami menginap disitu. Sekilas dilihat dari luar tempatnya bersih, dekat dengan pantai Kuta dan yang pasti harga sesuai dengan kantong para backpacker (Rp. 120.000,- perkamar untuk 2 orang, inc. breakfast).

Jalanan menuju Pantai Mawun  naik turun bukit, kerennya dari jalanan ini kita bisa melihat view pesisiran pantai kuta dari atas, suer keren parah! Belum sampai tujuan, mata kami sudah dimanjakan dengan yang indah-indah. Memasuki Pantai Mawun, kami hanya bayar parkir Rp. 10.000,-  tanpa ada tarikan loket masuk lagi.

Kalo boleh menilai,  Pantai Mawun punya pesona yang memikat,  Perpaduan  pasir yang lembut berbentuk tapal kuda,  sisi barat dan timurnya diapit oleh bukit  yang diselimuti  warna hijau, ombak yang sebagian sisi relatif tenang dan sebagian sisinya lagi relatif besar, air laut bening dan perpaduan gradasi warna laut , ditambah dengan sepinya pengunjung, semakin menguatkan kaki dan mata, tak rela untuk beranjak.

Saya menikmati mawun dengan bertelanjang kaki, merasakan kelembutan pasirnya, membiarkan ombak menyapa kaki saya yang menghitam dan ditutup dengan menikmati kelapa muda dibawah pohon rindang bersama teman tergila. Good moment.







Pantai Kuta Dan Tangjung Aan (Lagi)

Kali ini kami tak sekedar lewat saja, tapi juga berhenti di Pantai Kuta, kami ga langsung keluar dari mobil, antara Panas yang sudah di ubun-ubun dan kami belum bisa move on dari Pantai Mawun. (Kan...sangking bagusnya Mawun, liat Pantai Kuta jadi biasa aja :P #songonggile).  Ga butuh waktu lama di Kuta, Cuma 5 menit doankkkk. Keren dikit cekrek, bagus dikit cekrek, pokoknya cekrek deh! Abis gitu...kita kompak masuk mobil :D  Oh ya, kami sempat duduk cantik bentar di Kuta, dan sekitar 5 pedagang langsung kerubutin kami,parahnya lagi kalo anak kecil yang jualan dia bakal bilang : kak...kalo ga mau beli gapapa, tapi kasih seribu kak...
Dan saya sarankan jawab tidak agar mereka tidak terus membuntuti anda.

Next, lanjut ke Pantai Aan (lagi), karna kemarin kami sudah kesini (kecuali Dani), jadi ya kami jelajah tipis-tipis aja menikmati sudut Tanjung Aan yang belum sempat kami lalui. Lucunya, si Irma di buntuti terus sama anak kecil, walau irma sudah bilang tidak dengan tegas, tuh bocah tetep keukeh ngekor di belakang irma terus, kurasa...si bocah telah menemukan kakaknya :P. 


Pantai Kuta Lombok
Sisi Lain Pantai Tanjung Aan
Lets Pray! Musholah sederhana di Tanjung Aan


Pantai Pink – Si Hidden Paradise

13.00 dari Lombok Tengah, kami melanjutkan perjalanan ke Lombok Timur, dengan Tujuan Pantai Pink. Kalo dilihat dari map, posisinya paling ujung dan katanya hidden paradise.  Ditempuh dengan waktu 2 jam perjalanan, sejam dengan kondisi jalan yang bagus, sejam kemudian dengan kondisi jalan yang makadam banget! Memang ya...kalau mau ke tempat yang indah harus melalui ujian dulu. Jalanan Menuju Pantai Pink  dominan sepi, dan semakin mendekati pantai pink kami memasuki hutan  gersang karna pohon-pohonnya pun mengering dimakan  musim kemarau.   

Sedikit cerita, selama perjalanan mobil kami bertemu  pasangan muda-mudi seperti dimabuk asmara, dengan mengendarai sepeda matic yang mungkin kecepatannya Cuma 30-40 km, cukup aneh karna jalanan yang relatif  sepi memungkinkan siapapun untuk  mengemudi di atas kecepatan 30-40 km. Mobil kami tidak bisa menyalip karna mereka berada ditengah jalan, mau tak mau kami harus sabar dibelakang mereka sambil menyaksikan kemesraan mereka, memeluk dan ngobrol riang gembira gitu, harusnya itu bukan pemandangan aneh bagi kita, tapi kali itu terasa berbeda dan membuat bulu kami bergidik, bagaimana tidak? Karna didepan mata kami saat itu adalah seorang lelaki bersama kekasih lelakinya @,@.

15.00, Here We go!!!  Pantai Pink yang selama ini Cuma saya lihat di tivi, digoogle, sekarang terpampang nyata di mata kepala saya dan teman-teman. Pantai Tangsi atau yang lebih dikenal dengan pantai Pink ini memang memiliki pasir yang  benar-benar Pink, karna terdapat banyak serpihan terumbu karang yang berwarna kemerahan dan bila tercampur pasir dari kejauhan tampak berwarna Pink.

FYI, Didunia hanya terdapat 4 Pantai berwarna Pink, dan di Indonesia Pantai Pink sendiri ada di Pulau Komodo NTT dan Lombok Timur. Ah...beruntungnya kami bisa menikmati Pantai Pink dengan view sebagus ini dan ombaknya yang tenang mampu membius setiap orang yang datang. Dani dan Mas Yomy yang ga tahan lihat jernihnya air laut Pantai Pink, buru-buru nyemplung.  Saya, Irma dan Mas Eko naik ke bukit mencari view terbaik dan tentunya sambil bawa camera.

View di atas bukit tak kalah keren rupanya, kami bisa melihat ujung pulau lombok tanpa batas. Jadinya saya merasa kecilll banget dibanding dengan lautan luas didepan mata saya. Tak sengaja terselip doa, smoga kami bisa kembali kesini lagi. Aamiin (teriak pake toa masjid).

Terbuai dengan keindahan Pantai Pink, membuat kita sengaja lupa kalo sebenarnya sudah ada seseorang yang menunggu kami di Bandara, minta dijemput, Sany. Hape kami berdering satu persatu,  tapi yang diangkat Cuma satu :D. Terdengar nada kesal dari Sany, dan respon ketawa lepas kami yang makin buat dia jengkel. Perjalanan pulang kali ini lebih ngebut dari pada sebelumnya, kasian si Sany juga udah lama nungguin kita yang sengaja melupakannya :P


Jalan Menuju Pantai Pink, Gersang dimakan musin
MTMA pernah kesini
View dari atas bukit
No Limit
Woi yang sadar camera cuma satu?
So fresh
Lo Gue End
View Panorama

Beningnya....


Bertemu si Anak Rantau

BIL kala itu lebih ramai dari pada kedatangan kami sebelumnya, akhirnya kamipun temu kangen dengan sany, maklum sudah berbulan-bulan kami tak bertemu, rindupun tidak sih...Cuma basa-basi aja biar dia seneng. Sadar, sejak siang kami belum isi perut dengan nasi, Jadi kami berhenti di Nasi Puyung Khas Lombok, lokasinya strategis banget, keluar Bandara langsung disambut Indomart, Rumah Makan Nasi Puyung dan Pom SPBU.

Nasi Puyung ini identik dengan pedas, cocok buat saya pecinta pedas. Paduan Ayam suwir yang di bumbu pedas, ayam goreng, oseng-oseng buncis dan kering tempedicampur teri, mungkin kalo di surabaya ini bisa dibilang nasi campur.  Selesai makan, kami bagi tugas, sebagian ke Indomart belanja perbekalan untuk besok dan sebagian lagi ke Pom Bensin. Kami pun sudah saling melambaikan tangan di depan rumah makan (berasa pisah jauh, padahal tar juga ketemu lagi), dan...disinilah kami sadar suatu hal....

Mbel koen wes bayar ta?, tanya irma, mengingat saya.
OHEMJI!!! Reflek pegang kepala sambil teriak lupa!!!.

Buru-buru saya lari masuk ke rumah makan lagi sebelum diteriakin maling-Maling, dengan pasang senyum nyengir berharap mbak kasirnya ga melototi saya, saya bayar tunai! Sah? Sah... Tapi sungguh...ini lupanya diluar kendali. Emang ada lupa didalam kendali? Jadi...belum  sejam ketemu  sany, saya sudah mulai daratan? 


-Berjalan tanpa Batas-