Senin, 16 April 2018

Perjalanan yang ditentukan oleh cuaca dan ke(tidak)beruntungan - Lembongan

Pernahkah adek-adek, kakak-kakak, mas-mas, mbak-mbak semua merasakan suatu perjalanan ditentukan oleh cuaca? Yang moment cuacanya itu adaaaaa aja, walau sudah bertobat, eh masih aja ketemu yang namanya ombak/hujan/kejadian tdk terduga lainnya. Atau ke(tidak)beruntungan dalam suatu perjalanan? Kalo ada sini, boleh angkat tangannya tinggi-tinggi.


Ombak

Waktu lagi hamil raka 4 bulan, saya and the gank gembel melakukan perjalanan ke Nusa lembongan menggunakan Spead boat dari Sanur tanpa sarapan 4 sehat 5 sempurna (karna kesempurnaan itu hanya milik Allah Swt). Saya sengaja duduk dekat jendela sambil menikmati cipratan air laut yang asin rasanya dan angin laut yang segar-segar lengket diwajah. Ombak menuju Lembongan kali ini heboh, lebih kerasa guncangannya, seperti naik rollercoaster, naik lalu dihempaskan ke laut. Awalnya itu seru-seru aja, saya sampai ketawa-ketawa lepas, berikutnya....kepala saya mulai pusing, langsung saya liat ke arah jendela terus, berharap : jangan muntah jangan muntah. Speadboat menempel di bibir pantai Lembongan, semua rombongan turun berlahan-lahan, sampai saya sadari : lah suami saya mana??? tega amat istrinya lagi hamil main tinggal aja!

Belum tuntas mencari suami, Irma yang sedari tadi duduk disebelah saya cuma dieemmmm aja, tidak bersuara tapi bernafas, tidak bergerak tapi hidup.
“mbel...mbel...”, panggil saya ke irma. Dia tetap diam.
“your friend oke?”, tanya mbak bule yang melintas.
“i dont know”, saya ga yakin juga...bisa-bisanya nih perawan terdiam disaat yang ga tepat. Irma mabuk laut sodara-sodara! Hahaha, teman yang tersisa di kapal pun dengan sabar menunggu irma sampai pulih.

Warung Terkutuk
 
Akhirnya....kita menginjak lembongan dengan lelah letih lesu lemah limbung lala yeye. Saya temukan suami duduk di sebuah warung dengan muka pucat, dia mabuk laut juga. Diputuskan saat itu juga untuk sarapan diwarung dekat dermaga yang pas kita buka menunya pingin saat itu juga lari ke ATM karna ngrasa uang kurang, ahahah wasyem! Harga yang ga manusia bagi kaum gembel itu sungguh menciutkan dompet kami, akhirnya kita pesan : “mbak nasi gorengnya satu ya...bungkus!”.

Belum sejam menginjak Lembongan, Ombak yang meninggi memberi ucapan selamat datang, hingga terdampar di warung terkutuk bagi kaum gembel. Tak papa...kami masih semangat untuk lembongan.

***Selama di lembongan kami menginap di Bunda 7 Bungalow yang harganya miring namun design cottagenya alamakkkk bisa buat anda anda sekalian ga pingin cek out!

Selain rasa sayang kepada suami (maklum manten baru saat itu) ternyata ada rasa lain yang lebih mengusik kala itu : lapar! Dengan gotong royong kami makan nasi goreng yang harga selangit itu berenam, iya berenam! Lumayan ganjel-ganjel sebelum kita cari sarapan (yang kesiangan).



Kue di Yellow Bridge

Kami masih menuntaskan hasrat kenyangin perut sebelum lebih lanjut explore ke Nusa Ceningan, setelah makan tak lupa beli beberapa kue untuk bekal perjalanan (mencari kitab suci) di Nusa Ceningan nanti. 

Tapi namanya manusia narsis yang tak luput dari camera, kami sempatkan kala itu foto-foto beberapa ribu gaya. Sangking asyiknya foto hingga tak sengaja Irma meletakkan perbekalan kue di Jembatan iconic tersebut. Meletakkan namun lupa mengambil kembali. FATAL! Karna setelahnya kami baru sadar kue itu tertinggal setelah kami merasa lapar di Nusa Ceningan. HAHAHA.

Adegan diulang 3 kali karna....

Malam di Lembongan begitu syahdu, hujan rintik-rintik menghentikan niat kami mengelilingi Lembongan ketika Malam, karna pesan mama jangan hujan-hujan nanti sakit, uh...

“Rek tibake nasi goreng seng mbiyen mandek nang ngarep ga onok (gaes ternyata nasi goreng yang dulu berhenti didepan tidak ada)”, kata Sani.
“trus kene mangan opo san? (terus kita makan apa san?)”.
“piye yo...(gimana ya)”, Sani jadi bingung sendiri.
Karna hujan yang rintik-rintik, kita coba cari makan yang dekat-dekat dengan harga yang semoga saja terjangkau.

Begitu keluar parkiran cottage, kita ke Motor sewaan masing-masing lalu hujan yang tadinya rintik saja berubah menjadi rintik-rintik-rintik-rintik kuadrat : deres! Semua lari masuk cottage, 5 menit kemudian hujan deras kembali mereda. Dengan cool kami keluar parkiran lagi mendekat ke motor sewaan lagi lalu...hujan deras kembali datang, kami berlari lari ke cottage dengan ketawa. Kami masih sabar menunggu hujan deras menurunkan levelnya. 

Oke sip hujan menurunkan levelnya.

Kami bergegas lagi ke parkiran melakukan adegan yang sama seperti sebelumnya lalu.....yap!hujan deras kembali turun. Kami benar-benar ngakak, 3 kali kami melakukan adegan yang sama, sepertinya hujan sedang mangajak kami bermain-main. Hujan..lupakah kamu? Mama melarang.

Sepertinya si Hujan iba dengan muka kelaparan kami, iba atau eneg? Dia menurunkan levelnya, kami berlari kencang ke parkiran, bergegas meng-gas motor sewaan, wusss..... lalu berhenti di Rumah Makan terdekat.

Selamat! Kami telah melewati rintangan dari si Hujan. Makan Malam hari itu begitu nikmat, dari makan malam kami cerita panjang lebar sampai pegawai Rumah Makan ikut nimbrung dengar kami bercerita atau kami yang lebih sering dengar dia curhat, hahaha, tapi hujan rasanya masih ingin bersama kami, dia tetep menurunkan air nya dengan deras, seakan akan membuat kami mau tak mau duduk santai di rumah makan sambil ngobrol dengan orang lokal.

Lampu Mati

Ya...Lampu mati ketika malam sudah larut, aneh rasanya tidur di tempat baru dengan kondisi gelap.

Island Hoping yang tidak diharapkan




Mangrove

Menyadari kondisi alam Lembongan yang agak extrim, saya yang kala itu sedang hamil 4 bulan tidak ada keinginan untuk Snorkling, masih trauma dengan ombak yang tinggi. Sani dengan baik hati bersedia menemani saya untuk keliling Nusa Lembongan saja.

Tapi entah ada setan yang nyelip diantara kami atau teman-teman yang berubah jadi setan, tiba-tiba saja kami berenam sudah ada di perahu kecil, yang kalau ada 1 orang aja joget perahu oleng dan kita jatuh. Ya Kami ambil paket Island Hoping menjelajah mangrove dan Snorkling. Karna masih pagi, lalulintas di mangrove masih sepi, cuma ada perahu kami, jadi perahu kecil ini bebas mau belok kanan kiri oke.

Hingga kami melewati suatu jalur sungai yang airnya makin lama makin dangkal. Huahahahaha, perahu kecil kami tidak bisa bergerak, dipaksa maju juga air makin dangkal, jadi harus mundur. Sang operator Perahu kecil begitu cekatan mencoba memundurkan perahu yang berkali-kali dia coba tidak berhasil. Suami saya yang baik (ehem) langsung nyemplung gitu aja ke sungai dan dia dorong nih perahu sampai ke air yang lebih dalam. Lalu dengan tanpa dosa dia mencoba Naik perahu kecil yang langsung oleng, “Daniiiiiiii”, Semua histeris! Untungnya kita semua ga jadi nyemplung, selamet...selamet...

Mabok Jamaah

Island Hopping pertama berada di titik Patung Budha di Bawah Laut, namun kala itu ombak bergerak kencang, saya putuskan ga ikut snorkling, feeling saya sudah mau mabuk saja rasanya. Di Kapal hanya ada saya dan Sang Operator, kami saling diam, tidak bertatap muka dan tidak sempat bertukar nomor WA. Saya dengan dunia saya sendiri, mengsusgesti : jangan muntah, jangan muntah!

Belum ada 10 menit semua sudah naik, lah cepet amat? Semua bilang ombaknya terlalu heboh, dan beberapa teman sudah merasakan pusing.

Oke kita lanjut di titik Island Hopping kedua, yang berada di dekat Nusa Ceningan. Kali ini Ombak lebih heboh dari pada sebelumnya, hanya beberapa orang yang masih kuat yang brani nyemplung. Itupun ga sampai 10 menit juga. Disini satu persatu kami mulai muntah jamaah, gara-gara liat mreka muntah, saya jadi latah, sugesti yang saya bangun sejak tadi mendadak runtuh, saya ikut muntah, HUEKKK! 

Tak lama suami buru-buru naik ke kapal dengan muka pucat, lalu HUEKKK!
loh ikannya makan muntahanku!”, seru suami ke kita, kok kayaknya bangga gitu muntahannya di makan ikan?
HUEKKK! suami muntah lagi dan kliatan banget dibuat-buat, kali ini muntahannya murni untuk memancing para ikan berkumpul dan makan bersama muntahan dia. Iuhhh...

Semua lemas kecuali Yomy yang masih bertahan.

kita lanjut ke spot 3 ya”, kata sang operator yang cuek bebek dengan kondisi penumpangnya. Tapi tawaran itu kami tolak dengan halus karna kondisi kami yang tidak memungkinkan. Rugi 1 tempat tak papalah...dari pada lebih sakit. 

Mabok Jamaah...oh Jamaah...

Breakfast yang Hangus

Mendekati jam 10 pagi, setelah speadboat menempel tanah, kami bergegas kembali ke Cottage untuk mengejar sarapan pagi yang disediakan oleh pihak cottage. Hanya telat 11 menit kami datang, breakfast hangus, kami memelas, masak iya...beberapa menit saja tidak boleh, Dan tetap tidak dikasih breakfast, makin gembel saja kita ini...


Jadi pernahkah kalian punya pengalaman macam kami?