2 Juni 2015
Hari ketiga, masih cerita dari pulau Dewata. Pagi-pagi banget sebelum
matahari terbit, kita sudah bangun (dan belum mandi), ya..pagi ini kami mau mengejar
matahari di Pantai sanur. Karna masih pagi banget, ga perlu waktu lama untuk
perjalanan ke Pantai Sanur.
Pagi Sanur....
Kalo bicara pantai sanur hal pertama yang saya ingat adalah : belajar naik kano
dan sangking senengnya, berjam-jam saya dan sahabat SMP saya (putri) main kano
di bawah terik matahari, norak-norak bahagia gitu, besoknya kulit kita berubah hitam sehitamnya. Back to topic, matahari memang belum terbit tapi Sanur sudah ramai subuh itu, kami duduk dibibir pantai
yang menghadap ke laut sambil cerita geje ngalur ngidul ngakak ketawa ketiwi,
begitu terus sampai matahari keluar dari peraduan.
Masih asik-asiknya menikmati sunrise, si sany pamit mau “absen pagi” ke
toilet, dia lari kenceng penuh semangat. 10 menit berlalu, kok saya juga jadi
pingin”absen pagi’ ya? Ah...mungkin perut saya moodnya lagi ga baik kali ya,
saya tetep pasang muka stay cool sambil berjalan santai mencari toilet. Karna
masih pagi banget, kebanyakan toilet umum pada tutup, mampus dah! Keringet
dingin mulai mengucur disetiap cela badan saya, deres, hampir kayak Niagara nih.
Jalan Pagi
Mampir Hotel
Bintang 5, Cuma untuk....
Untung pagi itu ada satu toilet umum yang buka, kali ini saya penuh
semangat berlari kecil menuju toilet. Dan oh men...namanya juga toilet umum,
yang pake orang banyak, dengan kesadaran kebersihan yang berbeda-beda, jadi
seketika mood “absen pagi” saya hilang (Baca: mencoba menahan). Saya duduk di
depan loket sewa kapal yang menuju Nusa Lembongan, mensugesti perut biar tenang
dan sabar sampai waktu yang tidak ditentukan.
Ga lama sany muncul dengan muka berseri-seri, saya langsung mendekat ke dia
sambil mengutarakan isi perut yang sedang bergejolak.
“San...kamu p*p dimana tadi? Aq kebelet banget ini”, tanya saya.
“Walah ga sekalian bareng aja tadi, aq p*p di hotel In** loh...bersih,
enak, nyaman”,kata dia bangga.
Wow!!! keren tuh anak, p*p aja bisa-bisanya di hotel berbintang 5. Sany pun
mengajak saya ke hotel bintang 5 itu yang jaraknya dari pintu masuk Sanur kurang lebih 500meteran. Siapapun tau kalo ini
hajat yang ga bisa ditunda dan harus disegerakan, muka saya sudah mulai pucet,
saya merasa 500meter kok jauh banget ya. Beruntung jarak 200 meter saya ga
sengaja nemuin toilet umum yang bersih, akhirnya sayapun melakukan “absen pagi”
dengan khusyuk di situ, lagi asik-asiknya nongkrong, saya baru sadar kalo tuh
toilet airnya minimalis banget, cuma seember doank. Oke! Saya ga bs nongkrong
lama disini, paling ga perut saya lumayan entenglah sekarang.
Ya...saya dan Sany tetap melanjutkan jalan kaki menuju Hotel bintang 5
(Meneruskan hajat :D).
“Eh...tar kalo masuk loby jangan clingak-clinguk ya, pasang muka kalo kita
seakan-akan nginep disitu”, kata sany ngasih breafing sinngkat sebelum kami masuk lobby. Di
Lobby yang megah itu, saya dan sany berjalan santai seperti tamu hotel lainnya,
stay cool dan yeay...kami sampai juga di Kamar mandi yang bersih dan nyaman
banget. Anehnya, disitu perut saya kembali normal, ga da gejolak apapun. Ah
Kampret!
Gapapa deh, ini pengalaman pertama kita numpang kekamar mandi hotel bintang
5. Deg-degan gimana...gitu. Bentar-bentar....ini kan benernya aib kita
ya?kenapa saya tulis disini? Ah sudahlah biar jadi konsumsi publik, betapa
berkesannya cerita konyol ini #eeaaa. Yang lain mau niru? Coba deh belajar ke
sany, dia lebih expert dalam hal begituan.
Kami masih menikmati jalan kaki sepanjang pantai sanur, yang kalo diterusin
ujungnya lumayan jauh juga. Karna dirasa sudah terlalu lama, kami putar balik
ke jalan utama tadi, yang otomatis melewati Lobby hotel bintang 5 itu, ga
disangka tiba-tiba si sany ijin “absen pagi” (lagi!!!). Gile...nih bocah, betah
amat.
Mandi atau tawuran?
Masih jam 8 pagi, kami cepat-cepat balik kehotel, mengingat ini hari
terakhir kami di Bali. Sebelum beresin badan dan barang, ada baiknya kita
sarapan nasi kuning dan semangka, biar makin kuat menghadapi hidup nanti. Well
saya dapat giliran pertama untuk mandi. Sekedar info, Kamar mandi Suranandi ini
letaknya disebelah pintu masuk kamar hotel yang menghadap keluar arah taman
hotel dan diatas kamar mandi ada 3 lubang yang berbentuk kotak, dengan tujuan
memberi sirkulasi udara luar biar kamar mandi ga lembab.
Lagi asik-asiknya mandi, gosok sana gosok sini, sikat sana sikat sini,
tiba-tiba....
“Bhug!!!”, ada benda jatuh pas dikepala saya.
“Arghhhh!!!”, jerit saya kenceng.
“Wuakakakakaka!!!”, ada suara ngakak kenceng dari luar kamar.
“Kurang ajar!!!”, umpat saya dari balik kamar mandi.
Bentar...itu tadi adegan tawurankah? Hum...harusnya itu tadi adegan mandi
pagi yang kudu disensor, Cuma gara-gara saya punya temen-temen yang reseknya
tingkat dewa dan ternyata kejadiannya seru banget, maka ijinkanlah saya
bercerita :D. Ya...pagi itu mreka iseng banget, lempar kulit semangka ke dalam
kamar mandi, yang membuat pagi itu kita perang, lempar balas lempar donk. Ga
peduli sapa yang saat itu mandi, pasti kita saling lempar kulit semangka atau
botol aqua yang kosong. Saling umpat, saling ngakak, tapi ya itulah....saya
suka, berkesan. Kapan lagi kita bisa melempar benda-benda sesuka kita, semau
kita, kesiapapun, tanpa ada yang marah.
Puncaknya dan sialnya, ada yang lagi ngetuk kamar kita,
kita reflek lempar sandal dari atas lubang pintu dan tepat mengenai sasaran
empuk : Dani. Dia menjerit dan kita ngakak kenceng, puas!!!
Akibat Kado - Sukowati
Jam 10.00 waktu bali, kami bergegas check out, melanjutkan perjalanan ke
pasar Sukowati bali. Di pasar kita berpencar, mini dan fani cari baju, saya dan
para lelaki cari mainan kayu. Flashback sebentar, kemarin saya dapet kado ulang
tahun dari Sany, mainan kayu gitu, unik, kreatif dan tradisional. Gegara
kadonya dikirim kekantor via pos, maka saya buka tuh kado didepan temen-temen kantor,
alhasil jadi rebutan banyak orang -_-“ mendadak pada lupa umur, jadilah mreka
pada bertanya tuh mainan beli dimana, dapat dari sapa, berapa,
Alhasil...keluarlah kalimat “besok nitip beliin ya...”.
Done! Tujuan utama ke Sukowati saya Cuma beliin titipan orang-orang,
selebihnya saya ga beli apa-apa :D.
Ini mainan Kayu itu, kalo diputer ayamnya bakal gerak matok-matok,karna ada tarikan dari bandul dibawah, kreatif ya?
Ga kerasa, saya dan temen-temen harus berpisah dengan Sany, karna mata udah
pada ngantuk, yang harusnya kami pasang muka sedih malah keliru pasang muka
males melek. Padahalkan...itu moment mengharukan, 3 hari kita happy
bareng-bareng dan sekarang harus terima kenyataan hidup, dia harus stay di Bali
mengejar mimpinya dan kita harus segera balik ke surabaya meneruskan mimpi kita.
Pedih ternyata...kalo sadar besok kita kudu kerja lagi.hahaha. Ya sudahlah...life
must go on...
“ Sejauh apapun kamu melangkah tanpa batas, selamanya kita akan dekat tanpa
batas”
Pantai “noname” –
Tabanan
Dalam perjalanan kembali ke surabaya, kami melintasi wilayah Tabanan tepatnya Desa Selabih arah
Pelabuhan Gilimanuk, Sepanjang jalan Pemandangan pantai yang terhampar itu
membuat kami ingin singgah sebentar aja, iya sebentar aja karna saat itu sudah
pukul 16.00 sore. Begitu mobil terparkir rapi di balik sebuah balai desa, kami
langsung menuruni jalan yang dibuat sedikit meninggi dari bibir pantai.
Pasirnya memang hitam, ombaknya memang besar, anginnya emang kenceng, tapi kami
happy luar biasa dan lagi itu pantai bukan tempat wisata, jadi hanya kami dan
sedikit penduduk setempat yang lagi ada disitu.
Pantai sepanjang ini berasa milik pribadi, sepi. Di sudut pantai yang saya
temui, ada air sungai yang mengalir ke pantai (Seperti pantai Klayar - Pacitan - Jawatimur)
jadi pertemuan air tawar dan air asin, jadi lupa umurkan kita, pada mainan air
dan saling lempar air. Overall, kami semua girang banget sampai ga sadar udah
satu jam-an kita menikmati pantai “noname”.
Ini aliran air tawar yang mengalir itu
Mobil Kami parkir dibalik Balai Desa Selabih
Cuma ada Mobil kita
Di belakang balai Desa
Seriously, Kita Happy Banget!
Dan cerita perjalanan bersama teman yang menyenangkan ini saya tutup dengan Quote tentang persahabatan-pertemanan-pertemuan-friendship-leadership ato....apalah namanya.
"Berjalan bersama kalian itu ibarat sekotak Crayon, masing-masing punya warna yang berbeda. Tapi coba dipadukan, kita bisa membuat sebuah pelangi yang indah"
Ini akibat pulang dini hari jadinya naik pagar.hahaha
Dan cerita perjalanan bersama teman yang menyenangkan ini saya tutup dengan Quote tentang persahabatan-pertemanan-pertemuan-friendship-leadership ato....apalah namanya.
"Berjalan bersama kalian itu ibarat sekotak Crayon, masing-masing punya warna yang berbeda. Tapi coba dipadukan, kita bisa membuat sebuah pelangi yang indah"
Ini akibat pulang dini hari jadinya naik pagar.hahaha
- Berjalan
tanpa batas -