Kamis , 14 mei
2015
“Travelling bisa dimana saja, termasuk kota sendiri”,
Harpitnas (Hari
kecepit Nasional) telah tiba! Biasa kami habiskan waktu dengan bersantai
dirumah (Baca: mbangkong). Hari itu, kami berencana explore kota kami sendiri,
Surabaya. Mulai pagi, group di bbm sudah rame, saling membangunkan dan
mengingatkan : JANGAN LUPA MANDI !!! karna biasanya “Mandi” itu hukumnya Sunnah
di hari libur, di kerjakan dapat pahala, ga dikerjakan juga ga dosa. #loh?
Tujuan kami
mengelilingi Bangunan bersejarah Surabaya menggunakan “heritage House Of
Sampoerna”. Untuk jadwal keberangkatan bisa klik disini . Kami ambil jam paling
pagi pukul 09.00, Sany dan Dani lebih dulu tiba di Tekape, sedangkan saya dan
Irma, jam 8.30 masih ada berada di jalan Darmo.
“Mengejar Heritage”
ya...ternyata
demi mengejar sebuah heritage, saya dan irma harus disiram cobaan, mungkin
Allah menguji seberapa kuat iman kami dan seberapa pintar otak kami untuk sampai ke tempat tujuan. Berasa
ambil kitab suci ke barat nih #salahfokus.
Cobaan pertama
terjadi akibat ketidak fokusan otak saya (cobaan atau bawaan tuh?), dijalanan
Darmo, si Sany telpon, minta kita segera sampai di tekape, mengingat mreka sudah pesankan tiket untuk kami berdua
juga.
“mbel...waktumu
cuma 10 menit buat sampai kesana”, Perintah si Irma. (Mbel itu maksudnya
gembel, panggilan sayang kami sebagai teman).
“oke”, jawab
saya Pede dan menarik gas matic lebih kenceng lagi.
Dan....setelah
melewati rumah sakit darmo, entah mengapa ada mobil belok, sayapun ikut belok.
Loh? Si irma teriak-teriak dari belakang, mengingatkan saya salah arah, saya
kayak orang linglung.hahaha. Si irma ngomel-ngomel, saya tetep ngakak merasa
tak bersalah. Akhirnya di lampu merah, kita oper tempat duduk, Irma di depan
saya di belakang. Begitu lampu hijau nyala, si Irma ngebut-sengebut-ngebutnya.
Seperti maling
dikejar polisi pagi hari, selip sana selip sini, gas terus...dia benar-benar fokus, tanpa
memperhatikan manusia yang lagi teriak-teriak ketakutan dibelakangnya, saya.
Sepertinya saya ada gejala jantung nih, tiap tikungan, tiap nyelip kendaraan,
jantungnya saya bergerak dengan ritme yang cepat dan ga karuan. Tangan kiri
saya fokus pegang Hape untuk liat “GPS”, sedangkan tangan kanan sedikit
pegangan erat di sehelai kain jaketnya.
Dan cobaan telah siap menanti kami (Lagi)
Di jalan yang
mengarah ke Tugu Pahlawan, ada tutup uditch (penutup selokan) yang lumayan
menyembul kepermukaan jalan, posisinya sih
sudah minggir, tapi....si Irma nyetirnya lagi kesetanan sampai ga
memperhatikan tuh tutup uditch. Alhasil...kita melewati tutup uditch seperti
acrobat, mumbul se
mumbul-mumbulnya!!!. Menjerit? Jelas. Kaget?
Banget. Tetep ngebut? Tetap. Jadi...bisa dibayangkan betapa gila nya cara
ngebut dia. Untungnya kami ga jatuh. Houre!!ga nyangka bakat main sirkus #salahfokus.
Saya kira kami
bakal ontime, saya kira.....
Nyatanya kami nyasar gara-gara Ketidak-fokusan si
Irma, ya..kami nyasar sampai kya-kya. Loh kan ada GPS? ya...saya sudah ingatkan
si irma kalo kita salah jalan, tapi dia tetep keukeh sama daya instingnya yang
(kurang) kuat. Well...kami pun berselisih pendapat, saling cakar dan
jambak-jambakan. “malu bertanya sesat dijalan”, Pak becak yang tak jauh
dari saya memberi arahan menuju jalan yang benar, ke Heritage.
Finally...sampai
juga di HOS, bus merah HOS masih ada di tempat. Fiuh...saya dan Irma bernafas
lega, masih ada kesempatan. Kamipun buru-buru parkirkan motor, melipat jaket
dan....sebuah tepukan tangan mendarat di bahu saya.
“Mbel
mbel...busnya.....”, kata irma sambil menunjuk ke arah bus.
Sedetik kemudian
mulut kami ternganga melihat bus HOS pergi meninggalkan halaman HOS. Dalam
beberapa detik kami masih terdiam ga percaya. Bus di depan mata telah hilang.
Saling diam....masih diam...diam....saling pandang...dan tawa kami pecah
kemudian. Entah, kami merasa ini lucu banget. Bus HOS yang kami bela-belain ngebut dengan segala cobaan dan ke go-blog-kan, ketemu di depan
mata dan ditinggal melaju begitu saja di depan mata pula. Hidup ini memang
perih ya!
Nasi sudah jadi
bubur, kamipun tetap enjoy, masih bisa jalan-jalan di bangunan HOS. Tapi temen saya Sany, dikit-dikit telpon minta kita nyusul pake sepeda
motor, hum. Ga rela banget sih, jauh dikit dari kita? #eeaaa.
HOS ini dibangun pada tahun 1862, Yang sebelumnya adalah sebuah panti asuhan yang dikelola oleh Belanda saat itu, Lalu pada tahun 1932 bangunan tersebut dibeli oleh Liem Seeng Tee, seorang pendiri Sampoerna. Dan pada tahun 2003 pabrik rokok
yang sangat berpengaruh ini, mendedikasikan bangunannya untuk wisata
Surabaya, memberi warna tersendiri untuk
kota Pahlawan yang lebih banyak Mall dari pada tempat Wisata seperti ini.
DI Hos, kita
bisa melihat proses pembuatan pelintingan rokok, sayangnya saya belum pernah
liat karna itu hanya ada di hari kerja. Di dalam Bangunan kita akan menjumpai Galery foto keluarga Sampoerna, galery
produk, Mesin cetak kemasan, jenis-jenis cengkeh dan masih banyak lagi. Untuk
info lebih jelasnya klik Disini. Bangunan HOS terbilang memiliki design
yang klasik menurut saya, jadi sayang banget kalo ga foto-foto disini, untuk
pre-wed juga cocok.
Ngojek dulu
Berbagai Design bungkus Rokok
here
Mesin cetak jaman dulu
Sejam kami
mengelilingi HOS, Sany dan Dani sudah tiba dari berkeliling ke PT. PN dan Tugu
Pahlawan. Masih jam 11 siang saat itu, kami putar otak, enaknya jalan kemana
lagi ya...Tercetuslah ide Makan bebek sinjay di Madura. Kurang kerjaan memang,
makan bebek kok pake nyebrang pulau segala, tapi ya kapan lagi coba, mumpung
libur.
Dari HOS kami
menyebrang ke Madura menggunakan jembatan Suramadu, kali ini saya lagi pingin
nyetir, sambil menikmati angin yang sepoi-sepoi. Enak-enaknya nyetir, tetiba
saya merasa kepala saya mau copot, ah!!! saya lupa, helm yang saya pakai
kacanya sebelah kanannya lagi rusak, alhasil...kalau terkena hembusan angin
yang kenceng, kepala saya seperti tertarik angin. Untunglah si Irma baik
banget, sepanjang jalan kenangan kita slalu bergandeng tangan. Plak!!! hoi fokus!!!
Suramadu kala itu
Begitu setianya
Si Irma megangin kaca helm saya sepanjang Melintasi Madura, sampai suatu saat
dia mengeluh mulai capek, tapi dia tetep teman saya yang setia pegangin kaca
helm saya.hahaha. Jasamu bakal terkenang sepanjang masa kok :P.
Bebek Sinjay
Madura, nih bebek sudah terkenal mulai jaman kecil saya, dimasak menggunakan
rempah, jadi kalo kita makan, bumbunya meresap banget ke daging, dagingnya yang
empuk, ditambah sambal mangganya yang membuat Bebek Sinjay semakin Perfect.
Saya pecinta Bebek Goreng, dan saya paling cinta sama Bebek Sinjay Madura ini.
Di Surabaya ada 2 cabang Bebek
sinjay, menurut saya rasanya tetap enak yang di Madura, entah kenapa? yang jelas saya lebih suka menyabrang
Suramadu dulu untuk menikmati tuh Bebek. Berakit-rakit dahulu, Makan kemudian. Bukan bebek sinjay kalo ga rame, slalu rame dan slalu...saya kesulitan
cari tempat duduk :D.
Di pom bensin kita istirahat, ada tulisan begini. Yang tulen yang tulen
Perut kenyang, hati senang, otak tenang,ya...Seru-seruan dengan teman ga
harus mahal, yang penting tergantung sudut pandang kita melihat momen indah
itu. Perjalanan go-blog pun bisa jadi seru.
Dan saya slalu ingin-ingin-ingin berjalan tanpa batas bersama kalian....