Minggu, 15 Februari 2015

Gembira Di Pantai Tanjung Bira (Part 2)

Hari Ke dua,

Masih tentang kita 3 cewek jawa yang nyasar ke Makkassar, setelah sebelumnya melakukan perjalanan malam menegangkan, dan dihari ke dua, kita (biasanya susah) bangun pagi, special hari itu kita rela  bangun pagi, cuma sarapan breadtalk yang sengaja kita bawa dari surabaya , lumayan lah ganjal perut kita. Walau dengan sisa kantuk masih ada, kita tetep berjalan ke arah pantai dengan semangat. 

Akses jalan ke Pantai Bira Cuma satu pintu, one gate system gitu (Berasa perumahan)  dan di sepanjang jalan itu pula, banyak guest house bertebaran dari yang murah ala kadarnya , sedang sedang saja  dan yang paling mahal rata-rata letaknya di bibir pantai. Kurang lebih 7 menit kita jalan kaki. Begitu  ketemu pantai...mata kami dimanjakan pemandangan yang aweeesssooomeee, pantai selama ini yang Cuma kita liat di google ...sekarang didepan mata.Terpampang nyata...

View pantai bagus banget...ditunjang gradasi warnanya laut dan  pasirnya yang lembut banget kyk tepung terigu. Jauhnya perjalanan kami, ketakutan dalam perjalanan semalam, terbayar sudah dengan 
view pantai Tanjung Bira.


                                                       View Pantai Tanjung Bira dari atas
                                                     Restorant dengan model Kapal Pinisi

Ga Mau menyiaka-nyiakan waktu yang ada, kita sudah sibuk foto dan main air, oh ya...karna pasir di tanjung bira sangat lembut, sayang banget kalo ga nyeker (lepas alaskaki) sangking lembutnya dan suasana pagi yang kadang mendung kadang cerah,  kita ga sadar sudah jalan dari ujung balik lagi ke ujung. Lah ngapain?ngukur jalan buk? Endak...kita norak banget....belum pernah ketemu pasir pantai selembut itu. Cuma yang perlu disayangkan, banyak sampah di bibir pantai, gaes...ingat! Buang Sampah sembarangan itu ga Asik #MTMA.

Di Tanjung Bira banyak juga guide lokal yang menawarkan jasa snorkling, diving dan banana boat. Kami memutuskan untuk snorkling,  setelah tawar menawar harga, dapatlah kami harga terendah Rp. 200.000,- incluede sewa kapal dan alat snorkeling. Sebenarnya rugi kalo sekapal Cuma sekapal diisini kita bertiga, tadinya kita mau join sama yang pengunjung yang lain, tapi kok yo ga nemu nemu toh...apes. 

Ketika kami bertiga sudah di atas kapal, guide yang kami kenal sesaat tadi (sebut saja namanya Pak De) ga ikut ke atas kapal, malah dadah ke kita. Loh...kok-kok loh...dari sini mulai tercium bauk tak sedap (bukan kentut sih) , “ah...mungkin Pak de hanya seorang marketing snorkling”, batin kami mencoba menenangkan kebingungan pertama. 2 menit setelah lepas landas dari bibir pantai, awan mendadak mendung, oke...muka masih mencoba stay cool, makin ke tengah kok...ombaknya makin bohay aja goyangnya, ga lama hujan turun, oh men....untuk pertamakalinya kita merasakan kehujanan di tengah laut dengan ombak yang aduhai.
“Pak...gapapa nih?”, tanya saya ke pak supir dan asistennya yang mukanya asik-asik aja.
“Gapapa mbak..sudah tenang saja, duduk yang tenang”, jawab si bapak sekenanya, Ya...bapak supir dan Asistennya, orangnya ga banya bicara, kita tanya 1 praragraf, si Bapak Cuma jawab 1 kalimat -_-

Well, kami benar-benar ketakutan untuk kesekian kalinya, dan si bapak-bapak, ah..mreka pasif, kalo begini caranya, kami tetiba jadi orang paling alim di kapal, banyak2 berdoa, wirid, minta keselamatan dan langsung ingat dosa. Duh gusti...

Alhamdulilah ,  Allah mendengar doa anak-anak (yang mendadak) Sholehah, Hujan berhenti dan langit langsung cerah, ombak? Ya...dia tetap bergoyang meninggi tak peduli dengan perut kami yang mulai mual.

Pulau Liukang mulai terlihat, dari hasil wawancara saya dengan si Bapak supir, Pulau itu Cuma di huni kurang lebih 50 KK, terhitung sepi untuk seukuran pulau itu, dan terbilang sangat asri untuk pulau yang sudah berpenghuni, jangan tanya soal sampahnya, bersih banget, cm batang batang pohon yang kesapu ombak.

Spot Snorkeling kita ga jauh dari Pulau Liukang, dari atas kapal sudah terlihat terumbu karang yang bergoyang-goyang, lalu....permasalahan dimulai dari sini, kapal berhenti, dan...si bapak2 mlaah asik ngobrol seperti ga ada kita. Lalu disini kami tanya tentang akad perjanjiansewa kapal dan snorkeling sebelum berangkat, si bapak menolak dia tidak terima akad itu dari si Pak de, what??? Oke sodara-sodara...pelajarannya adalah ada harga ada rupa, semakin minim harganya, minim pula fasilitasnya.  Pastikan betul-betul, sebelum kapal meninggalkan landasan, peralatan snorkeling sudah siap, agar tidak terjadi cekcok seperti kejadian kami.

Kami masih bersikeras dengan akad pertama, mengingat budget kami yang tipis, tidak memungkinkan untuk menambah harga snorkeling. And then...Alhamdulilah..si Bapak supir kalah :D dia mengeluarkan alat masker dan pelampung dengan muka bete. Tapi ya...si Bapak ga iklas kali ya...maskernya kurang terawat, lebih ke nggilani (menjijikkan) dan pelampungnya kurang meyakinkan. Bener-bener deh si Bapak pasif banget, eh pasif apa jengkel ma kita ya :D. Dia Ga ngasih arahan kita sama sekali, bener2 turis lokal yang mandiri kita, pake masker dan alatnya sendiri, nyemplung2 sendiri.

Ini memang bukan snorkeling pertama, tapi ini menjadi snorkeling  pertama tanpa guide, saya dan binti ga brani jauh2 banget dari kapal, malah tangan kami sering pegangan tali kapal, pokoknya snorkeling yang ini banyak waspadanya. 

                                                 Walau tegang, masih bisa nyengir

Eh, gimana pemandangan bawah lautnya? Well...terumbu karangnya banyak, seperti kerajaan bawah laut, penduduknya?kalo disensus sih ga banyak banyak banget, ato mreka malu ketemu kita dan sembunyi di balik batu?#lokateudang? Dengan masih kondisi waspada saya menikmati pemandangan bawah lautnya yang cantik, sayang...camera saya ga under water, jadi ga bisa share nih .hehehe...:P
Snorkling kali ini tak seperti snorkling biasanya, cukup 10 menit ngambang-ngambang waspada, kami sudah naik ke atas kapal. Puas? Kurang banget. Kapal menuju ke Pulau Liukang, transit sebentar disitu, kita langsung foto-foto, main pasir, main air, ketawa ga jelas, yah....norak lagi deh. Pulau Liukang membuat kita betah, tebing-tebing nya yang menjulang gagah, dan rumah penduduk yang sepi, ombak nya yang tenang, gradasi warna air lautnya yang cantik, membuat kita merasa di pulau pribadi yang di huni sama keluarga-keluarga kita  sendiri :P. 
                                                      Duduk santai, subhannallah...
                                                    Berjalan Di Pulau Liukang


Saatnya kembali ke Tanjung Bira, Alhamdulillah perjalanan balik ga sehoror perjalanan awal. Karna cacing diperut sudah keroncongan, kami tergoda untuk mampir ke warung dan membeli yang sekiranya paling murah : Indomie. Benar saja...seporsi Cuma 5000, alhamdulillah....hemat *ngelus2 dompet :D. Di penginapan kita langsung beres2 barang dan mandi secepat mungkin, karna partner perjalanan ke makkasar sudah menunggu kita di depan  penginapan lumayan lama :D.

Begitu kami masuk ke panther, semua penumpang liatin kita, ternyata penumpangnya sudah full dan Cuma nungguin kita mandi -_-“ jelas aja pandangan mereka menusuk . Dear Passanger...I am so sory...*mukamelas. Perjalanan  panther kali ini beda dengan yang pertama, penumpang dan drivernya lebih asik, kami banyak saling ngobrol, berkenanalan, dan saling jatuh cinta .  Di panther, kami bertemu 2 cewek backpacker dari kalimantan, sampai di makassar nanti mreka akan melanjutkan trip ke Tana Toraja, dan mreka ajak kita join.  Oh men....kita saling pandang ,tanpa basa basi saya, binti dan dek rizki langsung diskusi, bingung antara pengen banget ke Tana Toraja (mumpung ada temennya juga) dan kami sudah terlanjur booking hotel untuk 2 malam,  setelah menimbang badan dan mengukur tinggi badan kami memutuskan untuk tetap pada planning kami, mungkin...next kami bisa mampir ke Tana Toraja. Amin

Finally, sore hari kami sudah berada di Tune hotel, kami berberes diri dan siap-siap menyusuri Icon Makassar, Pulau Losari. Dan ga kerasa dalam sehari kami bisa menjelajah berbagai tempat, berbagi cerita dengan sesama penumpang, melihat adat kematian dan pernikahan selama di perjalanan, menyusuri bibir pantai losari, mencoba kuliner Makasar. Segala ketegangan yang kami rasakan benar-benar menjadi pengalaman seru dan ga akan kapok untuk mengulang.

                                                                     Cie...Makassar

                                  Di Kawasan Kuliner Makassar, yang jual pisan Epe' bertebaran
                                                   Di Depan Masjid Apung, Makassar

Dan kami akan terus berjalan tanpa batas.... 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Oh ya...berikut pengeluaran kami dalam sehari, sapa tau bisa jadi referensi :
Harga dibawah ini sudah terhitung 3 orang

Sabtu, 7 Juni 2014 Panther Ke Makassar Rp 150.000,00
  Pete2 ke Tune Hotel Rp 13.000,00
  Pete2 Ke Losari Rp 12.000,00
  Sewa Kapal Rp 200.000,00
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar