Hari ke tiga di Makassar,
Seperti yang sebelum-sebelumnya, kami
bangun penuh semangat walau kantuk masih menggantung di mata. Jujur saja, Tune
Hotel Makassar terlalu nyaman bagi kami yang bacpacker, kasur yang empuk dan
design kamarnya yang minimalis membuat kami terlalu betah. Tapi hari ini kami
akan ke Bantimurung dan Desa Maros, dan di tempuh dari satu pete-pete ke pete-pete lainnya,
imbal-imbalan kalo kata orang jawa. Jadi...lebih pagi berangkatnya lebih baik.
View Kota Makassar dari Tune lantai 7
Berikut rute pete-pete tujuan Bantimurung :
1.
Dari Tune kami naik pete-Pete
jurusan Karebosi,
2.
Dari Karebosi ambil pete-pete
jurusan dayak (ini seperti terminal bus ).
3.
Dari Dayak, cacing di perut
kami sudah meronta-ronta minta diisi, ah...ni perut tetep ga bisa di ajak
nge-gembel. Kami isi perut dulu di dekat situ – Palu Basah, sepertinya cacing
di perut kaget ada makanan rasa baru masuk di
perut. “ah...cacing, gembel juga kan lo!”, kemudian jambak-jambakan
dengan cacing -_-”.
sambil makan
ngobrol-ngobrol sama bapak penjualnya,
minta petunjuk rute berikutnya. Si Bapak baik banget, ngasih kita wejangan
hati-hati dan nyariin pete-pete berikutnya :) Dari Dayak kami lanjut ke
pete-pete jurusan Maros.
4.
Dari Maros kami pindah lagi ke pete-pete
jurusan Bantimurung.
Ketika mulai
memasuki desa Maros , udara sudah mulai sejuk dan pemandangan batu karts yang
menjulang tinggi sudah terlihat gagah di sisi desa Maros. Saya berdecak kagum
hebat, belum bisa menerjemahkan keindahan alam saat itu, terlalu indah. Menaiki
pete-pete kali ini saya nikmati betul, kaca saya buka lebar, camera saya
setting video dengan harapan saya selalu mengingat tempat ini. Well...itu
masih cerita di perjalanan menuju Bantimurung. Karna Letak Bantimurung lebih
jauh dari pada Desa Maros, kami memutuskan untuk Ke Bantimurung dulu.
Karna hari itu hari
minggu, Bantimurung rame banget, Tempat wisata air terjun ini cukup unik, karna
tidak terlalu miring dan lebar, banyak yang main slurutan pake ban gitu, seru
sih...tapi rame bgt. Di Banti murung juga ada gua (saya lupa namanya -_-”) kalo
mau ke gua kami harus jalan kaki dulu sekitar 1 Kilometer dengan jalanan yang
kadang menanjak.. Ngos-ngosan?pasti, apalagi kita ga terbiasa trecking. Sampai
didepan gua, kita ga langsung masuk, karna...kalo sewa guide itu nambah cost, rugi rasanya kalo pake bayar guide
dengan gua yang ga seberapa besar :p, tapi ga mungkin juga kalo harus
masuk bertiga.
Loket karcis Bantimurung Di depan Musium Kupu-Kupu
Air Terjun Bantimurung, rame cint...
Alhamdulillah kita
ketemu temen2 UKKI Unhas yang mau masuk ke goa, kita ajak join mreka dan mreka
mau, Horeeee aman. Formasi selama di dalam goa, lelaki didepan, perempuan di
tengah, dan belakang sendiri para lelaki, sangat terbantu dengan ada nya mereka
:) trimakasih. Seperti halnya gua lain, berlama-lama di dalam gua itu panas men
:P. Akhirnya kami keluar gua, dan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada
mreka.
Telaga di depan Gua, keep clam :)
Kami ga langsung
turun, kaki mulai gempor, Ga jauh dari gua ada telaga dengan warna ke hijauan,
kami lepas lelah disitu sambil foto-foto. Dimanapun kami berada, Bahasa
Suroboyo kami terlalu kental, sampai kadang bahasa Indonesia selalu bercampur
bahasa Suroboyoan. Ternyata ada sekumpulan bapak-bapak dari jawa menyadari
bahasa kami.
“Teko endi rek?”
tanya mreka. Kaget. Bangga dan seperti dapat angin segar, bertemu sesama orang
jawa di kota orang.
“Suroboyo
pak...sampean pundi?kok ngertos boso jowo?”,tanya kami balik, ternyata
bapak-bapak tadi para orang-orang proyek yang dikirim dari Jawa. Puas
mengobrol, kami melanjutkan perjalanan turun ke bawah dengan jalan yang sama.
Sesampainya di pintu keluar Bantimurung kami tanya-tanya ke petugas, kalo dari
bantimurung naik apa?apa ada ojek?apesnya....ojek disana kadang ada kadang ga
ada, dan kebetulan saat itu ga ada.
Cinderamata khas Bantimurung
Kami cepat-cepat
memutar otak mencari alternatif, karna kalo kita naik pete-pete berhenti di
depan desa maros, dan masuk ke desanya itu jauh men....kasian nih kaki. Lalu
sebuah pete-pete mendekati kami, dia tanya tujuan kita, begitu kita jelaskan,
si bapak ngasih penawaran anterin kita muter2 ke desa maros lalu diturunkan ke
tempat yang lebih dekat dengan dayak, jadi kami akan menghemat satu pete-pete.
Dari harga 100ribu yang dia ajukan, kami tawarkan menjadi 80ribu :D And
Deal...kami pun naik pete-pete Pak Patir dengan suka cita.
Sebuah perjalanan
pasti akan banyak menyajikan sebuah pengalaman dan cerita baru, begitupulah
dengan kami yang menyewa pete-pete Pak Patir, kami cepat akrab dengan beliau,
Tujuan kami ke Leang-leang melihat Gua Prasejarah disana, dan Pak Patir yang
asli orang Bantimurung malah tidak tahu menahu tentang gua itu.Glodak! Bahkan
menyusuri Desa Maros pun itu pertama kalinya untuk beliau. Glodak lagi!! Tapi
sungguh sangat beruntung menyewa pete-pete Pak Patir, beliau bisa merangkap
sebagai guide lokal, sedikit-sedikit bercerita tentang kehidupan Bantimurung
dan pengalaman beliau yang pernah merantau ke Surabaya.
Oh ya, memasuki
desa Maros mata kami dimanjakan dengan indahnya alam,barisan sawah yang
berjajar rapi, ditengah-tengahnya beberapa
bebatuan Prasejarah berdiri kokoh, rumah panggung penduduk dan desa yang
dikelilingi Karts yang menjulang tinggi. Sekali lagi saya tidak bisa
menerjemahkan keindahannya, itu berarti Desa Maros melibihi kata “sangat cantik
luar biasa”. Subhanallah Ciptaanmu Allah. “Saya harus kembali ke tempat ini,”
gumam saya...dan smoga menjadi kenyataan. Amin
Sampai di
Leang-Leang, Tempatnya tidak begitu ramai, lebih ke Sepi malah, kami isi buku
tamu dulu.
“Dari mana mbak
asalnya?”, tanya Pak Petugas.
“Surabaya pak”.
Jawab kami
“Wah...Bonek nih.”,
seru mreka, cieeee kami mendadak Geer :P
Pak petugas
menawarkan kami untuk mengunjungi Gua leang-leang, tapi kami terlalu sungkan
untuk menambah guide, mengingat gua leang-leang letaknya di atas bukit, dan Pak
Petugas cuma mengantarkan kami bertiga.” Nanti saja pak...kalo ada pengunjung
yang lain mau lihat, kami ngikut”, tolak kami sopan.
Selama menyusuri
Leang-Leang, Pak Patir siaga banget motion kita-kita :D, pengertian sekali
Bapak ini kalo kami narsis. Sepinya leang-leang kadang di manfaatkan para anak
muda untuk tempat pacaran, karna tempatnya yang cukup rimbun, mau dibuat
sembunyi juga bisa. Duh! Ini nih ga asik.
Cuaca panas, keringat menyengat, tetap semangat :P
Di antara bebatuan Leang-Leang
Nyengir mulu
Asik-asik kami
duduk di sebuah batu, Pak Petugas dan 3 rombongan cewek-cewek mendatangi kami.
Oh rupanya mreka mengajak kami untuk melihat Gua Leang-leang, wah...kesempatan
nih. Jalan menuju gua leang-leang banyak menaiki tangga, cukup ngos-ngosan
juga. Saya biasanya tidak begitu antusias dengan gua, tapi untuk leang-leang
membuat saya berdecak kagum, dari atas gua, kita bisa lihat pemandangan desa
Maros, Awesomeeee. Dan gua nya pun
sendiri sungguh keren, baru kali ini saya melihat karya seni manusia jaman
prasejarah, terlihat di dinding-dinding gua telapak tangan mereka. Merinding,
bangga dengan para Nenek moyang, bagaimana cara mereka menempelkan telapak
tangan di batu dan dalam waktu bertahun-tahun tidak usang dimakan jaman.
*Applause untuk para Nenek Moyang :)
View Dari atas gua
Kalo di amati, ada tanda telapak tangan manusia jaman dulu
View dari atas gua, awesomeee
Tangga menuju ke gua
Puas menjelajah
Leang-leang, saatnya kami harus keluar dari desa Maros. Mata saya sungguh ga
rela harus melepas pemandangan seindah itu T_T . Cacing kami mulai berteriak
kelaparan, Pak Patir pun mengajak
kami makan Coto Makassar di dekat Pintu Masuk Desa Maros, disana kami bertemu
bapak-bapak kodam yang berasal dari Surabaya, senang ketemu bolo dewe, kami pun
bicara bahasa suroboyoan, Pak patir dan yang lainnya ketawa-ketawa dengar logat
kami :D yang menurut telinga mereka terdengar aneh.
Maros yang dikelilingi Karts
Bersama pete-pete Pak Patir :P
Ditengah Jalan
Kami sangat puas dengan jasa Pak Patir, sangking puasnya kami bayar
beliau sesuai permintaan pertamanya, dan tak lupa kami bertukar no handphone,
menyambung silahturahm #eeaaa.
Setelah
berpisah dari Pak Patir kami menaiki pete-pete arah Dayak, lalu lanjut
pete-pete arah Karebosi, sampai di Karebosi sudah magrib, kami terlalu lelah,
muka sudah kumus-kumus ga karuan, masuklah kita ke Karebosi dengan niat awal cari
toilet. Sampai di toilet, kami sempat bersihkan muka, dan penjaga toilet jahat banget,
masak cuci muka ga boleh -_-. Kami jalan-jalan cantik bentar di Mall Karebosi,
ya..kurang lebih samalah kayak Mall di Surabaya, bedanya tuh Mall di bawah
Stadion.
Dari
Karebosi, Kami mau melanjutkan ke jalan Sulawesi, katanya itu pusat oleh-oleh.
Setelah tanya beberapa orang, kami naik pete-pete yang melewati Jalan Sulawesi,
sampai di pertigaan yang saya ga tau apa namanya, kami di turunkan, dan si Pak
supir pesen, “tar jalan lurus aja, itu sudah jalan Sulawesi”. Ho...kami
menurut, 500 meter...kaki kami masih kuat, mulai 1,5 kilometer,
amsyongggg...jauh banget yak. Ternyata pusat Oleh-oleh itu ga jauh dari Pantai
Losari.Wuah...kita sudah jalan jauh. Puas beli oleh-oleh kami lanjutkan jalan kaki
ke arah Losari dengan niatan cari makan.
Karna
stamina yang hampir habis, beban di tangan semakin banyak, dan kaki yang sudah
lelah berjalan jauh. Didepan losari saya benar-benar ga kuat jalan, ndlosor
begitu aja didekat orang jual jus, minum jus sambil mengumpulkan tenaga.
Kami berjalan lagi dengan beban yang sama mencari rumah makan Lea-Lea,
Alhamdulillah...dari bibir pantai losari ga jauh ternyata, sesuai dengan
referensi orang di pete-pete rumah makan seafood ini memang enak dengan harga
yang terjangkau pula. Di Makassar baru ini kita makan mahal, houre....
Puas
makan, kami balik ke hotel menggunakan taksi, karna lelah sudah keterlaluan
menjalar di badan.
Jadi Berpetualanglah
sejauh mata memandang, lalu...berjalanlah tanpa batas....
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berikut pengeluaran kami selama sehari, smoga bisa menjadi referensi :
*Semua sudah terhitung untuk 3 orang
Minggu, 8 Juni 2014 | Pete2 Ke Karebosi | Rp 12.000,00 | |
Pete2 ke Dayak | Rp 12.000,00 | ||
Makan palu basah | Rp 29.000,00 | ||
Pete2 Ke Maros | Rp 21.000,00 | ||
Pete2 Ke Bantimurung | Rp 21.000,00 | ||
Tiket Masuk ke Bantimurung | Rp 60.000,00 | ||
Tiket Masuk Leang-Leang | Rp 30.000,00 | ||
Makan Coto Bantimurung | Rp 58.000,00 | ||
Pete2 Ke Dayak | Rp 100.000,00 | ||
Pete2 ke Karebosi | Rp 12.000,00 | ||
Toilet | Rp 4.500,00 | ||
Pete2 ke Jl. Sulawesi | Rp 12.000,00 | ||
Makan Lea – Lea | Rp 117.000,00 | ||
Taksi Ke Hotel | Rp 14.000,00 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar