Ini
perjalanan implusif beberapa karyawan yang pengen kabur sebentar dari
rutinitas kantor, saya sang pencetus ide gila menyampaikan keinginan
saya ke mreka-mreka yang mau di ajak cuti (Karna cuti adalah hak
setiap karyawan). Seperti gayung bersambut tanpa sebuah perlawanan,
drama dan pikir panjang (pikir pendek aja mreka males :p) besoknya
kami sudah pegang tiket kereta Penataran Surabaya-Malang PP,
muahahaha ku berhasil meracuni mereka!
Sebuah
itinerary dadakan segera kami buat, dan kun fayakun! Terjadilah.....
Dari Malang ke Omah
Kayu
Kami
tiba di Malang pukul 10.20 dan akan kembali lagi ke statiun malang
pukul 16.49, punya waktu 5 jam di Malang membuat setiap detik itu
penting dan berarti, terlebih destinasi utama sesuai hasil voting dan
feng shui hari itu jatuh kepada : Omah Kayu, Batu. Jarak Malang ke
Omah Kayu butuh waktu sekitar 1 jam tanpa ngerem, padahal kami masih
butuh mampir pom bensin karna sepeda motor yang kami sewa bensinnya
tinggal segaris! Udah sama persisnya kayak alis saya yang segaris!
Kan Kampret!
Menggunakan
motor matic di daerah pegunungan memang perlu skil handal dan
kerjasama antara driver yang bertubuh langsing dan penumpang yang
menyimpan beberapa kilo lemak agar sampai ke puncak gunung tanpa
perlu dorong tuh motor. Dengan doa dan ancang-ancang disetiap
tanjakan kami berhasil sampai di puncak Gunung Banyak. Bukannya puji
syukur kami malah larut dalam bahagia sambil pegang hape
masing-masing. Generasi Milenia!
Sayangnya
kami hanya punya waktu 30 menit menikmati kota Batu dari landasan
Paralayang, 30 menit berswafoto di Omah Kayu, 15 Menit Sholat dan
make up tipis-tipis. Waktu yang singkat membuat kami harus beranjak
dari Gunung Banyak yang ga banyak maunya kayak kamu melawati jalan
yang sama menuju Alun-alun Batu.Tak butuh usaha lebih untuk turun
dari Gunung Banyak, tinggal main rem sambil berdoa dan bertobat,
smoga remnya ga Blong.
Alun-Alun Batu
Sudah
tak terhitung berapa kali saya ke Alun-alun Batu, Alun-alun ini
selalu manis untuk dijumpai, selalu asik untuk dinikmati, selalu
keren untuk difoto berapakalipun, selalu menambah pasokan lemak untuk
menjajal semua kuliner yang dijajahkan, selalu harus mampir ke KUD
batu sekedar beli oleh-oleh atau dinikmati sendiri, selalu selalu dan
selalu....
Rupanya
kami benar-benar tersihir dengan hangatnya Alun-alun Batu, dan ga
sadar kalo sudah jam 15.00, harusnya kami sudah keluar dari batu jam
14.30 untuk melanjutkan rute ke Jodipan dan Bakso Bakar Pak Man
Malang, mana jam segitu jam macet-macetnya lagi....ga di surabaya ga
di Malang podo ae macete!
Lugur Gaes |
Kesampluk gaes |
Mengejar Kereta
Benar
saja kami terjebak macet di sepanjang jalan menuju Kota Malang, di
saat-saat genting tersebut kami meeting dadakan di atas motor matic
yang melaju, Jalanan udah berasa ruang tamu, kami saling teriak satu
sama lain (bukan...bukan karna kita budek, tapi karna masing-masing
pake helm dan motor tetap melaju). Dari hasil meeting kami mencoret
rute ke Jodipan dan langsung menuju rute berikutnya, Bakso Bakar Pak
Man.
Lalu
apakah semulus itu perjalanan kami menuju malang?
Apes,
perjalanan menuju Malang, motor yang saya tunggani terpisah dengan
motor teman lainnya. Saya yang berboncengan dengan teman yang
bernama....sebut saja Bonsai (bukan nama sebenarnya), mengandalkan
Gps hanya dari Hpnya, kebetulan Quota HP saya habis dan otomatis ga
bisa buka gps. Ditengah asik-asiknya macet keluar peringatan dari HP
si Bonsai : Baterai tinggal 15%! waduwwww belum juga sampe ke Tujuan
sudah lowbath aja ni Hp, saya sebagai teman yang dibonceng dan
memantau jalanan dari Gps sedari tadi mau tidak mau mengerahkan daya
ingat saya yang sudah lama tidak saya kerahkan. Saya mengingat betul
arah menuju stasiun Malang sambil komat-kamit.
Oh
ya, saya dan Bonsai putuskan langsung ke Stasiun Malang saja saat
itu, karena jam menunjukkan pukul 16.00, kami kuatir kalo mampir ke
Bakso bakar Pak Man malah nanti tidak keburu keretanya.
Tidak
sia-sia saya mengerahkan daya ingat, kami sampai juga di Stasiun
malang, tapi kemana 2 teman saya yang lain? Belum sampaikah?
Nyasarkah? Atau mereka tetap lanjut ke Pak Man dengan jam semepet
ini? Percakapan di Hp mengabarkan bahwa sherly dan binti sudah berada
di Pak Man, saya dan bonsai bergegas menyusul mengikuti petunjuk
lewat tele(pati)pon. Begitu datang buru-buru kami pesan seporsi bakso
bakar yang isi 10 biji, sambil melihat jam ditangan, kami makan dengan
terburu-buru. Duh asli ga nyaman makan begitu, Bungkus deh! Sudah jam
16.35. huhuhu sungguh saya tidak menikmati Bakso Bakar dengan nikmat
dan santai.
Drama KTP selebar
kertas A4 hasil korupsi
Dari
Bakso Bakar Pak Man menuju stasiun Malang membutuh waktu 5 menit yang
artinya sampai di stasiun pukul 16.40. Mepet sekali
sodara-sodara....begitu serah terima motor matic ke persewaan kami
lari-lari kecil menuju pintu masuk stasiun, semua mengeluarkan Tiket
dan Ktp untuk dicek petugas, tiba giliran saya menyerahkan Ktp dari
dalam tas tapi ga kluar-kluar juga tuh KTP, saya mundur untuk mencari
Ktp saya selebar kertas A4 hasil korupsi.
Di
sisa-sisa menit terakhir kami benar-benar berlari ke gerbong kereta!
Dan kereta api Penataran siap membawa kami kembali ke Surabaya
menemui realita hidup.
***
Transportasi
menuju Malang dan Batu :
1.
Dari Surabaya kami beli tiket Kereta Api Penataran (PP)
2.
Dari Stasiun Malang menuju Omah Kayu, Batu. Kami sewa motor matic
beat
Pengeluaran
untuk 4 orang :
1.
Tiket Kereta Surabaya-Malang (Pp – Rp. 24.000) : Rp. 96.000
2.
Sewa Motor matic beat (Rp. 70.000) : Rp. 140.000
3.
Bensin pertalite (untuk 2 sepeda : Rp. 40.000 (sebetulnya 10ribu
permotor saja sangat cukup)
4.
Tiket Masuk Paralayang : Rp. 40.000
5.
Parkir Sepeda : Rp. 10.000
6.
Tiket Masuk Omah Kayu : Rp. 40.000
7.
Makan puas di Wong Solo, Batu : Rp. 131.000
8.
Minum & Parkir : Rp. 33.000
Total : Rp. 530.000
dibagi 4 orang : Rp. 132.500
*Bakso
Bakar Pak Man (bayar sendiri-sendiri) Rp. 30.000,- per porsi
Jadi
kalo ada Calon Wakil Presiden, misalnya, bertanya : 150ribu jaman
sekarang bisa buat apa? Silakan jawab dengan cerita saya di atas :)